One and Half Years Later*1

106K 6.4K 444
                                    

Memeluk selimut hangat disaat pagi-pagi yang dingin begini adalah hal terbaik. Tapi itu sebelum alarm bising itu berbunyi keras memekakan telinga, membuatku refleks bangkit dari tidurku dan terduduk di atas ranjangku sambil menekan malas alarm itu.

Aku kembali membanting tubuhku ke ranjang, untuk melanjutkan tiduranku yang terganggu tadi. Baru sedetik aku melakukan itu, tiba-tiba pintu kamarku terbuka lebar, membuatku memutar bola mataku dengan sedikit malas.

"Kau kira ini sudah jam berapa, dasar kerbau!"

Aku malas menceritakan bagaimana nenek sihir itu mengumpat dipagi-pagi begini. Aku tak menghiraukannya, dan kembali memejamkan mataku. Saat aku mendengar langkahnya mendekat, aku buru-buru memutar tubuhku. Sedetik kemudian, kulihat tangannya menepuk ranjangku dengan sangat kuat.

"...Hari ini Papa pulang, lho." Ujarku dengan nada meledek. Lalu aku melirik jam dinding, "Erm, sekitar...beberapa menit lagi? Kau pasti tidak sempat membereskan rumah, iya kan?"

Rahang nenek sihir itu mengeras, dan terlihat jelas. "Tutup mulutmu." Balasnya dengan penuh penekanan.

"Oke, oke, tutup mulut." Aku pun menutup mulutku dengan kedua tanganku, lalu berjalan melewatinya dengan santai.

Ah, aku ingin melanjutkan tidurku di kamar bawah.

"Dengar, Piyorin. Sebaiknya kau baik-baik hari ini." Sahutnya dengan nada mengancam. "Meskipun Papamu pulang hari ini, itu tidak berarti dia selalu ada di rumah. Ingat, kalau Papamu itu orang yang super sibuk? Jadi kusarankan, kau jangan banyak bertingkah!"

Aku berbalik ke belakang menatapnya malas. Masih dalam keadaan menutup mulut, aku dengan beraninya menjawab perkataannya. "He? Sibuk, katamu? Kau pasti tidak tahu kalau Papa tidak pernah suka dengan kehadiranmu disini. Ah, aku salah bicara ya?" Tanyaku saat melihat ekspresinya berubah drastis. "Oke, kalau kau tidak tahu, aku bisa memberitahumu. Papaku tidak tahan serumah denganmu, begitupun aku. Jadi sebaiknya, kau keluar dari rumah ini."

"Kau-"

Tangannya sudah terangkat, dan aku juga sudah siap menghindari pukulannya. Tapi belum lagi itu terjadi, terdengar suara pagar terbuka dari bawah sana. Pagar rumahku memang menimbulkan suara yang keras setiap kita membukanya. Biasanya kalau aku hendak kabur ke rumah Kayaka—atau kabur seperti malam itu—aku akan memilih untuk memanjat saja.

"Papa pulang! Piyorin!"

Dan aku melemparkan senyuman kemenangan sambil menatapnya dengan tatapan merendahkan. Lalu berlari turun ke bawah dengan cepat, ingin segera menemui Papa yang selama seminggu ini mengunjungi Shibuya.

"Selamat datang, Pa!" Seruku sambil berlari memeluknya.

Terdengar suara Papa terkekeh, dan dia mengelus rambut panjangku dengan sayang. "Aih, Piyorin. Papa rindu berat denganmu selama di Shibuya. Rindu dengan Papa?"

"Rindu, Pa!" Jawabku ala prajurit ke komandan-nya.

Papa menutup hidungnya dan memasang wajah masam. "Pantas saja rumah ini bau, rupanya kau belum mandi, Rin." Aku hanya bisa tersenyum miris, kenyataannya, rumah ini bau karena nenek sihir itu tidak pernah mengurusnya—meskipun aku tidak tahu apakah Papa sedang berpura-pura atau memang sedang menyindir, ah sudahlah. "Nanti kita sarapan di tempat makan dekat perempatan itu, oke?"

"Oke, Pa!"

Tepat saat aku hendak berbalik, kulihat ekspresi menjijikan dari si nenek sihir itu yang tampak membinar-binar menatap kepulangan Papa, aku memasang tampang jijik dan dibalas dengan tampang senyum palsunya, tentu saja.

Tapi tak kupedulikan mereka, aku cuek-cuek saja dan memutuskan untuk naik ke kamarku dan mandi. Biarkan si nenek sihir itu berdrama di depan Papa dulu, tunggu sampai aku benar-benar muak dengannya dan kutendang dia dari rumah ini!

The Sorcery : SKY Academy [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang