Reunion *12

59.5K 4.7K 1K
                                    

Author's POV

Ryoka bangkit dari duduknya usai menyantap suapan terakhir di sendoknya, lalu segera membawa piring kosongnya ke wastafel dengan buru-buru. Itu karena dia ingin segera keluar dari ruangan yang sedaritadi membuatnya sesak.

Bukan karena suara bising dari para kaum hawa yang terus bertanya tentang keadaan Vampix, atau percakapan Piya dan Kazie yang terdengar sesekali. Bukan semua itu.

Karena kenyataannya, dia memang membutuhkan ruangan terbuka.

"Aku duluan ya,"

Setelah mendapat persetujuan dari Piya dan Kazie, dirinya dengan langkah lebar dan cepat segera meninggalkan cafeteria, menelusuri lorong yang kiri-kanannya hanya terdapat pintu-pintu dan menuruni tangga ketika waktunya. Lalu segera berlari cepat begitu dia berbelok dan menemukan pintu yang menghubungkannya dengan dunia luar.

Begitu sampai diluar, Ryoka menarik nafas sebanyak mungkin.

"...kukira aku bakal mati." Gumamnya sambil melangkah menuju kursi dari batu terdekat, lalu menyandari sandaran kursi dan menutupi kelopak matanya dengan punggung tangannya.

Sudah sedaritadi, saat sebelum makan malam dimulai, Ryoka sudah menahan sesak yang berkumpul di dadanya. Ini aneh. Dia telah memeriksa jadwal rutin dan jam makannya, tapi tetap saja terkadang kedua hal itu bisa bentrok dan membuatnya tersiksa.

Ryoka mengeluarkan catatan kecil dari sakunya, lalu menuliskan tanggal hari ini dan jam yang tertera sesuai di ponselnya, lalu menghela nafasnya lagi saat melihat angka-angka itu di note-nya.

Lama-lama jadwalnya makin berantakan, pikirnya sambil menggelengkan kepala.

Sejak Ryoka memiliki kekuatan Flower Bloomer, ada tiga hal yang dia ketahui dalam seharian itu. Pertama, dirinya bisa membangkitkan tumbuhan dari dalam tanah. Kedua, dirinya bisa berbicara kepada para tumbuhan. Dan ketiga, siklus hidupnya sejak hari itu, mirip dengan hidup para tumbuhan.

Pagi dan sore, dia butuh air yang banyak, karena di jam-jam itulah dia merasa terus dehidrasi. Siang hari, dia berjemur—meskipun dia sama sekali tidak berfotosintesis. Dan malam, dia butuh menghirup oksigen sebanyak mungkin.

Sejak dulu, Ryoka selalu menyukai bunga. Selalu, hampir tidak pernah berubah. Saat tahu bahwa dia diberkahi kekuatan Flower Bloomer, Ryoka masih ingat dia begitu senang tak karuan. Sangat-sangat senang sampai-sampai dia melupakan pesan Mixe-Sensei tentang dirinya yang kini memiliki kehidupan yang sama dengan siklus tanaman.

Malam saat pertama kalinya dia mendapatkan kekuatan itu, Ryoka tak sadarkan diri. Untung saja malam itu, dia sedang berada di aula sekolah (yang tertutup). Kebetulan dia tidak sendirian, jadi dia berhasil selamat. Ryoka bersyukur tentang itu, bahkan dia masih ingat siapa yang menolongnya.

Ryoka menggigit bibir bawahnya begitu menyadari itu..., es bisa meleleh karena kehangatan matahari, dan Ryoka tahu pasti, siapa matahari itu. Matahari bagi semua orang disini.

...Matahari bagi lelaki itu. Ryoka sudah tahu sejak awal.

Dadanya kembali sesak, padahal dia sudah tidak berada dalam ruangan tertutup seperti tadi. Meski tahu bahwa rasa sesak ini datang karena hal lain, dia tetap menarik nafas panjang mencoba tenang.

Hanya ada satu hal yang dapat dipikirkan oleh gadis itu.

Dirinya berpikir untuk meminta bantuan matahari untuk melelehkan es untuknya, tapi bunga akan tetap membutuhkannya, dan berharap bahwa es itu tak akan menyakitinya lagi.

Tapi bagaimana kalau matahari tak ingin melakukannya?

"...Kau masih memikirkan dia?" Seorang lelaki mendekat dari arah dimana gerbang yang jauh itu berada. Gadis itu mengenal jelas siapa lelaki itu, tapi tetap saja matanya menatap lelaki itu waswas.

The Sorcery : SKY Academy [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang