Realized *8

53.6K 4.8K 878
                                    

[Note : Baca Author Note ya! Ada pertanyaan sama jadwal update SA, selamat membaca!]

Kurasa bangun jam sembilan karena tidak bisa tidur kemarin malam, bukanlah salahku. Tapi tetap saja aku merasa bersalah pada Tante Izumi yang ternyata membangunkanku, namun tidak berhasil membuatku terjaga tadi. Inipun, aku bangun setelah Kayaka dengan jahatnya menarik selimut tebalku.

"Pagi-pagi begini banyak tamu yang pulang, mau berendam air panas?" Tanya Kayaka yang sepertinya bersemangat sekali—berbeda dengan aku yang malah lemas tak karuan.

"Uh, tidak deh, aku di kamar saja. Dingin sekali di luar selimut," Ucapku sambil merangkak masuk ke dalam meja penghangat—bergabung bersama Tante Izumi.

Kayaka menatapku cemberut, "Rin kayak kakek-kakek saja! Ayolaah!"

"Kenapa kau tidak pergi sendiri saja, Yaka?" Tanya Tante Izumi sambil menyantap keripik kentang yang dibawa Kayaka dari rumah. "Ah, Kayato bagaimana ya?" Tante Izumi langsung menekan ponselnya dengan lihai dan menghubungi putra-nya.

Keningnya mengerut beberapa kali sebelum akhirnya dia menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

"Kayato tidak mengangkat,"

"Mungkin belum bangun, dia itu kan tidak bisa membedakan pagi dan malam. Manusia sama hantu saja dia tidak bisa bedain," Cibir Kayaka.

Aku nyaris menyemburkan tawaku saat mengingat bagaimana Kayato-Senpai pernah bertanya pada salah satu hantu, "Permisi, kau ini hantu atau manusia? Kok bentukmu seperti ini?"

"Kadang Mama berpikir untuk menjahit mulutmu, Yaka." Ucap Tante Izumi yang membuatku benar-benar tak mampu menahan tawaku.

Bibir Kayaka mengerucutkan bibirnya, sebelum akhirnya memilih untuk bergabung dengan kami dan duduk di samping tante Izumi. "Tidak bisa pencitraan di depan Piyorin lagi, Ma. Dia sudah tahu semua keburukan Kayato-Nii."

Tante Izumi terbahak keras, bahkan sampai memukul lantai kayu dengan sangat keras, cara tertawanya amat persis dengan Kayaka.

"Jadi, ke pemandian air panasnya?" Tanyaku saat melihat Kayaka bersandar pada meja penghangat.

"Sudahlah, nanti saja."

*

Aku melihat kiri-kanan, mencoba mengenali lorong yang semua bagiannya terbuat dari kayu itu. Ujung di depanku dan ujung di belakangku terlihat sama saja, aku tak bisa membedakan darimana aku keluar tadi. Padahal, aku baru saja melangkah beberapa langkah menjauh dari kamar kami, sekarang aku sudah kehilangan arah, cepat sekali.

Butuh perjuangan berat untuk bisa keluar dengan alasan yang sedikit konyol. Tadinya, aku berencana untuk mencari Kayato-Senpai di dapur. Aku sudah melihat kue Kayaka berada di dalam lemari pendingin dengan hasil yang sangat bagus. Yeah, sepertinya aku memang bisa mengandalkan Kayato-Senpai soal kue itu. Baiklah, sekarang bagaimana mengandalkan dirimu sendiri agar jangan tersesat dalam penginapan yang sebenarnya luas namun saling terhubung ini?

Suhu dingin dari puncak membuatku mengeratkan selimut yang kukenakan pada tubuhku. Untung saja aku memakai selimut merah muda yang memang diberikan untuk pengunjung, meskipun kaki telanjangku benar-benar serasa menginjak kayu beku. Aku berjalan dengan hati-hati, peluang tergelincir bukanlah hal yang tidak mungkin di lantai licin ini.

Aku memutuskan untuk jalan lurus, sebelum akhirnya mengernyit bingung karena malah kembali ke pintu utama untuk keluar, maka dari itu aku berbalik arah dan memutuskan untuk jalan lurus saja, tanpa berbelok kemana-mana (aku sudah berkali-kali sampai di pintu utama).

Dan syukurlah, saat berjalan ke sembarang arah dan kembali ke dapur yang tadi kutinggalkan, Kayato-Senpai sudah berada disana.

"Selamat pagi, Kayato-Senpai." Sapaku saat melihat Kayato-Senpai masih memakai kaos dan celana pendeknya—pakaian yang biasanya dipakainya saat tidur. "Kau tidak dingin berpakaian seperti itu?"

The Sorcery : SKY Academy [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang