Intruder (III) *29

47.2K 4.3K 2K
                                    

A/N:
Ini, 3000 words. Jangan maksa lanjut, nanti cepat menua.
Dilarang senyum-senyum saat situasi kacau (Iya, ini dilarang).
Silahkan emosi, tapi jangan ke author-nya *peace*
Komentarnya dong, komentarnya /ngesot/
Happy Reading~

***29A***

Masih hari sabtu yang sama.

Vampix sudah dengar soal insiden enam kucing yang tergeletak di depan asrama putri.

Enam adalah angka sial.

Enam yang seharusnya bisa diwakili oleh angka lain dari itu.

Enam tumbal yang dijanjikan selama enam hari.

Enam hiddens sebagai korban. Menyisakan satu.

Yang Vampix tahu, tiga hiddens kini tidak berada di dalam akademi; Piya, Tazu dan Light. Jauhkanlah tiga orang hiddens yang mungkin tidak akan menjadi sasaran hari ini, Vampix lebih penasaran dengan satu orang yang tidak terkena kesialan itu.

Kalau tidak Hize, mungkin...

"Kebakaran!" jerit salah satu siswi sambil membuka jendela kamarnya, membuat semua orang yang tengah memperhatikan kucing-kucing hitam yang tergeletak tak bernyawa itu mendongak.

Bukan hanya satu orang yang membuka lebar jendela dan memutuskan untuk meloncat tanpa merasa khawatir. Asap hitam yang menyesakan nafas keluar dari dalam sana, sebelum akhirnya ledakan keras terdengar dari dalam asrama.

Semua orang menatap tak percaya ke sana, sebagiannya lagi memutuskan untuk masuk ke dalam begitu mendengar jeritan lain yang berasal dari dalam sana.

"Ada apa ini?" tanya Vampix sambil menghampiri salah satu gadis yang meloncat tadi.

Gadis itu menggeleng enggan, lalu menjelaskan setengah terbatuk. "Aku tidak tahu. Aku sedang memeriksa kamar setiap orang dan mencari Kazie... tiba-tiba saja lorong asrama dipenuhi asap," jelasnya.

"Kau tahu dimana sumber api-nya?"

Dan sekali lagi, gadis itu menggeleng enggan.

Ryoka datang setengah berlari bersama dengan sekelompok gadis-gadis yang membantunya mencari Kazie di lapangan kosong. Mereka menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya tak percaya.

"...Astaga," gumam Ryoka hampir tak terdengar.

"Aquane mana?!"

Semuanya mulai panik dan mencari keberadaan salah satu hidden yang dapat mengendalikan air itu. Tapi, tak seorangpun dapat menemukan keberadaannya di antara kerumunan.

Ryoka menerjap, tangannya meraba ponsel di sakunya dengan sedikit gemetar. Ryoka juga tahu soal salah satu korban yang akan dijadikan tumbal—terbukti dari bangkai kucing hitam yang kini telah lenyap seekor, menyisakan lima ekor. Entahlah kesialan telah berlangsung atau sedang berlangsung.

Jangan sampai ada yang terluka, kumohon, batinnya mulai terguncang. Ketakutan.

Jeritan-jeritan dari tumbuhan di sekitar sana membuat suasana memanas. Ryoka yang memang tak pernah kuat melihat perjuangan dan penderitaan, membuatnya dalam hati mengutuk dirinya agar segera tak sadarkan diri saja.

"Panas! Aku tidak bisa bergerak!"

"Aku pernah bilang menyukai sinar matahari karena hangat, tapi ini menyiksa!"

"Aku ingin akarku dapat dinaikan!"

Dan sebagainya.

Lalu tumbuhan-tumbuhan di sana menangisi nasibnya yang hidup sebagai sebuah tumbuhan yang tak dapat mengekspresikan diri. Ryoka ingin menangis karena seluruh pemikirannya tentang cara menyelamatkan akademi ini, kandas begitu saja.

The Sorcery : SKY Academy [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang