Intruder (II) *28

42.9K 3.9K 724
                                    

Piyorin's POV

Kami baru selesai makan siang di tempat makan dekat tempat itu.

Dan kami kembali kemari...

Tempat favorit-ku sejak dulu.

"Aku masih bingung, darimana kau tahu tempat ini." Aku mengucapkannya entah sudah yang ke sekian kalinnya.

Untuk ke sekian kalinya pula, Tazu hanya menatapku datar, tanpa menjawab.

"Apa aku membawamu kemari, dulu? Serius?" terka-ku, akhirnya mengeluarkan pendapatku yang sudah kupikirkan sedaritadi saat kami makan.

"Ya," jawabnya. "Begitulah."

Aku mengamati tempat itu secara keseluruhan. Tempat ini bahkan belum berubah sejak terakhir kali aku mengunjunginya. Sudah berapa lama? Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali aku mengunjunginya.

Aku melirik jembatan yang ada di atas sana. Bahkan palang yang menghalangi pendatang yang hendak masukpun, masih bekerja dengan baik. Lalu aku menatap ke arah Paman yang duduk di dermaga untuk menyewa sampan-sampannya.

Tempat ini hanyalah sebuah danau buatan yang sudah tak digunakan lagi sejak pemerintah mengeluarkan inovasi baru untuk mendapatkan air bersih. Tak membiarkannya menjadi tempat tak terawat, dibangunlah jembatan yang menghubungkan ujung dengan pulau di seberang sana.

Ada dua opsi yang bisa dilakukan untuk mencapai pulau itu. Pertama; naik ke tangga yang ada di ujung sana, membayar sekian yen dan kau diperbolehkan untuk berjalan melewati jembatan dan turun seperti saat kau melewati jembatan penyeberangan jalan. Atau kedua; sewa sampan seperkian jam dengan paman itu dan mendayung sampai di pulau kecil itu.

Di sana, terdapat banyak rumah pohon yang kosong. Biasanya satu keluarga memanfaatkannya untuk piknik, atau mungkin bagi sekelompok muda-mudi memanfaatkan pulau itu untuk kegiatan perkemahan. Tentu saja, kau hanya bisa kembali ke ujung dengan satu opsi, pilihan pertama-mu.

Yah, aku ingat dulu kami sekeluarga pernah ke sana.

"Kenapa kau mengajakku kemari?" tanyaku.

Aku tahu, Tazu bukan tipe orang yang akan melakukan sesuatu tanpa alasan.

Dirinya melirikku lewat ekor matanya, siratan matanya yang tak pernah membuatku berhenti bertanya-tanya.

Tazu menghampiri tempat penyewaan sampan, melangkah memasuki sampan yang oleng karena pergerakannya, lalu mengulurkan tangannya ke arahku.

"Ayo?"

Hanya dengan itu, aku harus percaya sepenuhnya bahwa ia memang adalah bagian dari kenangan dulu.

Aku menelan ludah tanpa sadar. Tiba-tiba saja ada perasaan aneh, lebih mirip dengan firasat buruk menghampiri benakku.

Aku melangkah hingga akhirnya aku berdiri di atas sampan bersama Tazu. Lalu kami duduk bersamaan.

Semoga saja dia tidak lebih dari itu.

*

Author's POV

Yanda sudah mengitari hampir semua bagian asrama, dibantu teman-temannya yang juga berinisiatif mencari penyusup begitu mendengar pengumuman langsung dari Vampix tadi.

"Kalian periksa saja asrama laki-laki, kami asrama perempuan. Kami usahakan mengecek semua kamar!"

Yanda yang mendengar itu langsung mengangkat kepalanya. "Ah, kalau begitu aku boleh mencari di luar kan?"

"Ya, serahkan saja pada kami," sahut gadis yang Yanda perkirakan adalah senpai-nya yang berada di kelas Pluto.

Baru saja hendak keluar, Yanda tersentak mendapati kerumunan padat di depannya. Beberapa orang menggunakan kekuatan mereka untuk melihat pusat dari kerumunan itu, sedangkan Yanda lebih memilih menembus kerumunan tanpa menggunakan kekuatannya.

The Sorcery : SKY Academy [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang