First School Day (II) *16

56.4K 4.3K 542
                                    

Author's POV

Bohong kalau Vampix mengaku bahwa dia tak memikirkan Yanda saat ini.

Vampix kira, dia telah mengenal gadis itu sejak di dunia sihir.

Sebab Vampix-lah orang pertama yang menemukan Yanda saat di dunia sihir dulu, dia jugalah yang membantunya mengembangkan kekuatannya. Dan jangan lupa, saat Yanda tak bisa mengontrol kekuatannya dulu dan hampir menghancurkan dunia sihir dulu, Vampix-lah yang menjadi peredanya.

Yanda tak terlihat baik-baik saja, sejak sebelum ataupun setelah datang ke dunia sihir.

Sehari sebelum Yanda datang, Vampix yang tiba-tiba saja merasa khawatir pun mencoba memeriksa keadaan gadis itu. Tak sulit baginya untuk menemukan Yanda, berkat kekuatan keduanya, dan hampir saja kekuatan keduanya itu tertangkap oleh Yanda jika dia tak segera pergi.

Yanda menangis sore itu, sama seperti saat pertama kalinya Vampix menemukannya di dunia sihir dulu. Yanda menangis tanpa suara, tanpa berkata apa-apa, bahkan sampai saat ini.

Saat Vampix mencoba menyapanya di cafeteria begitu Yanda sampai di asrama, Vampix tak bisa mempercayai apa yang di dengarnya.

"Apa?! Sudah kubilang, aku tidak mau! Aku tidak mau dan tidak akan kembali, jika kalian masih memaksaku!"

Percakapan di telepon yang tak terdengar bersahabat.

... dan tak terdengar seperti Yanda.

"Terserah! Kalau perlu, anggap saja aku sudah mati!"

Benar-benar tak seperti Yanda.

"Aku tidak mau, bahkan kalau Hana-Nee yang membujukku."

Saat Yanda mematikan sambungan telepon dan bernafas sekuat-kuatnya, Vampix masih bersedia berdiri dibalik pintu tanpa menyapanya. Vampix sudah memutuskan akan memberi Yanda lima menit untuk tenang, Vampix tahu, lima menit untuk Yanda pastilah cukup.

Dan ya, Vampix memang benar. Setelah lima menit, Vampix menegurnya dan Yanda menyapanya dengan senyuman termanis, tatapan dan nadanya yang amat bahagia, sekaligus pemandangan yang paling menyiksa untuk lelaki itu.

Selama lima menit itulah, Vampix tak bisa berhenti memikirkannya.

Bahkan sampai saat ini.

"Baiklah, Saturnus, mari kita mulai pelajaran hari ini..." sahut guru di depan setelah perkenalan dilakukan, bagaimanapun juga, mereka tetaplah murid baru dan perlu berkenalan lebih dulu.

Jumlah murid kelas sebelas tentu saja lebih sedikit dibanding kelas sepuluh, dan jumlah murid kelas duabelas jauh lebih sedikit lagi.

Vampix pikir, masuk kelas hari ini adalah kesalahan yang sedikit fatal, karena apapun tidak dapat memasuki kepalanya saat ini. Yang dia tahu, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu hingga kelas selesai, dan semoga saja dia bertemu Yanda sebelum sekolah jam malam dimulai.

.

.

.

Piya masih saja menerjapkan matanya bingung, dia berjalan ke arah Yanda dan kerumunannya yang telah berkurang karena makan siang akan dilaksanakan di cafeteria cadangan. Semua orang pastilah mengincar antrian terdepan untuk mendapatkan menu, yang Piya tahu, dia pasti akan mendapatkan menu karena Kazie akan menyiapkan satu untuknya. Dia bahkan heran karena terkadang Kazie mengambil hanya miliknya, tak mengambil untuk dirinya sendiri.

"Hei, kenapa kau melamun?" Yanda melemparkan senyuman yang amat manis-seperti biasa, sedangkan Piya hanya bisa melirik ke belakang saat dia menolehkan setengah kepalanya. "Hm, aku baru tahu kalau Tazu berteman dengannya."

The Sorcery : SKY Academy [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang