One Trouble Day*24

48.4K 4.2K 585
                                    

Note:
Saya, memohon dengan sangat, agar tidak ada lagi yang mempertanyakan kelanjutan SA begitu saya baru saja mempublishkannya. Saya juga memohon dengan sangat, agar tidak ada lagi yang berkomentar perihal update-an SA di komentar cerita saya yang lain. Saya senang dengan antusiasme kalian, tapi jujur, berkomentar tentang SA di cerita lain saya itu rasanya seperti... tidak menghargai cerita itu.

Ini sudah dari dulu ingin saya sampaikan. Itu bukan membuat saya senang dan malah ingin cepat-cepat mengetik SA, saya jadi sedikit...you know, lelah melihat SA.

Please, saya mohon sebesar-besarnya untuk tidak melakukan itu. Tidak pula dengan mempertanyakan update-an SA baik di via PM, Line ataupun IG. Saya merasa masih cukup bertanggung jawab dalam update-an SA, saya tidak pernah meninggalkannya lebih dari sebulan, saya juga sering menulis jadwalnya di conversation. Jika kalian melihatnya, sebenarnya SA akan di update tanggal 17 besok, bukan hari ini. Saya mempercepat update supaya kalian membaca ini dan tidak ada lagi yang bertindak seperti itu di cerita lain saya.

Jika kalian tidak baca cerita lain saya, abaikan saja ceritanya. Tolong, diabaikan saja, daripada kalian melakukan itu.

Sekali lagi, perlu diingatkan, pesan ini tidak untuk memojokkan siapapun. Saya hanya mencurahkan isi hati yang selama ini menganggu ketenangan saya.

Semoga kalian mengerti.

Happy reading~ ^^

*

Sudah seminggu sejak peristiwa malam yang menimpa Kayato.

Kayaka tidak pernah lagi kembali ke kamar hanya untuk berbaring atau mampir di sana. Karena Kayato sudah tak sadarkan diri selama seminggu.

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan Kayato, Invi dan Lica sudah dikerahkan untuk mengetahui akar dari semua ini.

Tapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban.

Aku telah menangisi kejadian ini entah untuk keberapa kalinya. Kayaka belum menangis sampai detik ini. Kemudian, aku teringat saat fenomena itu menimpa Kayato dulu, Kayaka tidak melihat keberadaan Kayato dan dia menangisi semua itu. Yang aku tahu, Kayaka tidak punya alasan apapun untuk menangisi Kakaknya yang masih ada di depannya saat ini.

"...Mama telepon kemarin, katanya rindu dengan suara Yato-Nii," gumam Kayaka pelan. Tidak ada yang tahu, itu ditujukan kepada siapa. "Aku tidak tahu harus menjawab apa."

Saat ini, kami sedang berada di gedung utama, tempat teraman yang bisa kami pikirkan saat ini. Di sini tidak ramai, hanya ada Kayato, para Hiddens, Odione, Trax dan Vampix.

"Yang kudengar, dia bilang dia lupa, hanya itu," Jawab Vampix saat seseorang menanyakannya untuk ke sekian kalinya. "Tidak ada arwah di sekelilingnya, tidak ada apapun yang janggal selain aroma yang kusampaikan kemarin."

Jangan ditanya. Vampix tahu keadaan dimana dia harus serius dan tidak. Saat ini dia sedang dalam mode seriusnya. Entah sudah berapa banyak kelelawar yang mengantung di setiap pohon karena ulahnya.

Hal yang paling aku sesalkan di sini adalah, ketidakmampuanku untuk melindungi Kayato, ketidakmampuanku untuk menghibur Kayaka dan ketidakmampuanku untuk menguak semua hal ini.

"Aku sudah mencari arwah lain yang biasanya ada di antara Kato, tapi aku tidak menemukan arwah-arwah itu." Vampix bergumam tanpa nada becanda sedikitpun. "CCTV yang ada di pos juga sama sekali tidak membantu, bantuan dari Ryoka untuk mempertanyakan apapun pada tumbuhan yang banyak di sana juga tidak banyak membantu. Tumbuhan-tumbuhan itu hanya menjawab bahwa Kato berbicara sendiri dan berlari tanpa dikejar apapun."

The Sorcery : SKY Academy [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang