Chapter 2

757 54 3
                                    

Hellena berjalan dengan langkah yang cukup percaya diri. Ia melangkah memasuki sebuah gedung perkantoran yang sangat luas. Bangunan yang sebagian dindingnya didominasi dengan dinding kaca itu terlihat begitu sempurna. Suasana yang sejuk jelas terasa ketika memasukinya. Seketika puluhan pasang mata tertuju padanya namun Hellena berusaha untuk tetap terlihat tenang. Ia beranggapan bahwa semua orang itu hanya penasaran dengan keberadaanya yang mungkin terkesan asing disini. Orang-orang itu terlihat mencibirnya. Tapi, satu hal yang Hellena tau, tak mungkin orang itu mencibir penampilannya. Karena saat ini penampilannya benar-benar rapi. Rok hitam selutut dan sebuah, blazer yang menawan, sepatu hak tinggi yang cukup fasionable, kemudian rambut yang di kuncir satu sepertinya sudah memenuhi kriteria seorang wanita kantoran.

Pintu lift yang membawanya menuju lantai 25 terbuka, dengan langkah tangkas ia keluar dari lift dam berjalan menuju pada sebuah ruangan yang pintunya berwarna coklat tua. Pintu yang warnanya sangat mencolok karena pintu itu berbeda dengan pintu-pintu yang ia temui sebelumnya. Entahlah, tapi ia memang begitu yakin bahwa itu adalah pintu ruangan Justin. Maka tanpa pikir panjang Hellena langsung mengetuk pintu itu.

"Masuklah!" Suara itu terdengar dari dalam.

Hellena menarik nafas panjang seraya menguatkan hatinya yang sebentar lagi dengan seseorang yang sebenarnya paling ia benci. Tapi mau bagaimana lagi? Ia kini harus siap menerima kenyataan bahwa orang itu adalah bos yang harus ia patuhi.

Justin tengah duduk di kursinya yang sangat empuk. Ia menatap Hellena yang baru saja datang, dan tanpa di persilahkan langsung menarik kursinya dan duduk di depan Justin.

"Apakah aku telah mempersilahkanmu untuk duduk?" Justin menaikan sebelah alisnya dan menatap Hellena dengan tatapan tidak suka.

Hellena melirik Justin sejenak."Apakah aku harus menunggu perintamu Justin?" Hellena memutar bola matanya.

"Jaga sikapmu! Semua orang disini memanggilku dengan sebutan bos, atau tuan, mungkin." ucap justin kesal. Ia tak habis pikir akan diperlakukan seperti ini oleh gadis yang bahkan sudah membuatnya sakit kepala ini.

Hellena tersenyum tipis. Ia berdecak pelan lalu menghembuskan nafasnya. "Tapi tidak untukku, aku akan memanggilmu dengan namamu," ucapnya ringan yang berhasil membuat emosi Justin mendadak naik ke titik tertinggi.

"Kau!" Justin mengumpat kesal. Ia tak pernah berfikir sebelumnya bahwa ada seorang bawahan yang berani menyebutkan namanya tanpa ada embel embel Tuan atau mungkin Boss.

"Sudahlah, ekpresi wajahmu terlalu berlebihan. Mana tugasku?" pinta Hellena dengan nada datar tentunya. Berlama-lama berhdapan dengan Justin hanya membuatnya merasa kesal.

Justin berdecak kesal sebelum akhirnya ia menarik nafas pasrah. Ia sedang tidak ingin berdebat dengan gadis aneh yang tak tahu berasal darimana itu. Justin memilih untuk meraih beberapa map di lacinya. Map tentunya yang sudah ia siapkan untuk Hellena.

"Baik, ini tugasmu! Itu adalah surat-surat tawaran kerja sama yang datang dari beberapa perusahaan ternama, aku ingin kau mempelajarinya dan pilihlah yang terbaik lalu serahkan padaku!" perintah Justin dengan tegas. "Ohya satu lagi. Waktumu hanya 1 jam." Justin melemparkan sebuah map yang berisi tumpukan kertas yang cukup tebal.

Hellena membulatkan matanya terkejut. Apa? Satu jam? Mempelajari semua ini? Apa Justin sudah gila, ia memberi waktu yang tidak toleran sama sekali. Bagaimana mungkin ia mengerjakan semuanya hanya dalam waktu saju jam sedangkan dia masih baru bekerja disini. Ia belum mempelejari tentang Cavron, jadi sangat sulit untuk menentukan perusahaan mana yang cocok untuk bergabung dengan Cavron.

Flower Crown (By Asa Bellia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang