-Justin's Point of View-
Ingin rasanya aku membenturkan kepalaku ke salah satu tiang yang berdiri kokoh di teras istana ini, sungguh aku benar-benar tidak mengira bahwa yang kupeluk adalah kakak perempuannya, aku kira itu adalah dia, benar-benar jika dilihat sekilas, argh, bodohnya aku! Sial-sial-sial, apa aku salah? Maksud-ku... aku benar-benar sangat merindukannya, harusnya ia tak mendahulukan emosinya dan tetap berdiri disana dengan manis sambil mendengarkan semua penjelasannku, bukan malah meninggalkanku dan bilang akan pergi jalan-jalan bersama Ryan. APA!!? Aku mengutuk diriku sendiri, betapa bodohnya aku, kenapa aku baru menyadari perkataannya setelah 5 menit berjalan. Aku mendengar suara yang membuatku mengalihkan pandangan pada sumber suaraku itu, mataku membulat ketika melihat Ryan dan Hellena sedang duduk berdua di taman bagian barat istana, aku lantas mempercepat langkahku untuk menghampiri mereka, entahlah sepertinya saat ini aku benar-benar emosi. Aku benci, aku tidak suka, aku marah melihat Hellena terlihat begitu bahagia bersama Ryan.
Bocah itu ternyata ancaman. Aku tidak pernah menyangka bahwa Ryan memiliki nyali begitu besar untuk menjadi sainganku. Ah, ternyata dia tidak main-mian dengan perasaannya pada Hellena. Mungkin aku sudah mendaratkan sebuah tinjuan mematikan tepat di depan wajahnya sejak tadi malam jika saja aku tak segera mengingat bahwa dia adalah salah satu bagian dari keluargaku. Ya, meskipun aku akui hubungan kami berdua tidak terlalu baik tapi biar bagaimanapun juga aku sama saja mempermalukan keluargaku sendiri jika aku memukul sepupuku hanya karena masalah cinta.
-Author's Point of View-
Hellena menarik nafas panjang.Ada rasa aneh yang menyelimuti hatinya saat ini.Dia tidak bisa menjelaskannya dengan begitu jelas.Ia benar-benar bingung dengan kondisi yang dialaminya saat ini. Bagaimana mungkin Ryan bisa datang kesini dan mengajukan diri sebagai saingan Justin?Baiklah, mungkin Ryan lebih muda dari pada Justin, dia masih kuliah. Tapi jangan kira ia tidak memiliki usaha sendiri. Di usianya yang muda Ryan adalah seorang pengusaha tekstil yang cukup sukses.Meskipun usaha itu adalah sebuah kerja sama dengan pihak lain, tapi percayalah Ryan juga sudah cukup memenuhi kriteria awal untuk menjadi pasangan seorang Princess. Ohya, dan satu lagi, Ryan itu begitu pintar, hal itulah yang membuat Ratu Carlo sepertinya lebih menyukai Ryan.Ya, Nenek Hellena sudah sejak dulu begitu menyukai Ryan.Bayangkan saja, Ratu Carlo bahkan pernah menyuruh Ryan menjaga Hellena ketika gadis itu tengah berada di L.A.
Sepasang bola mata coklat milik Hellena melebar ketika ia melihat sosok Ryan yang tengah duduk di taman. Hellena menarik nafas pelan, setidaknya ia tidak perlu mencari Ryan lebih susah lagi, mengingat istana ini begitu luas. Ya, Hellena harus bicara dengan Ryan.Ada banyak hal yang harus diperjelas saat ini.
"Ryan..." Hellena berjalan menghampiri Ryan sambil menganggkat gaun beratnya. Ah, dia membenci gaun berat itu. Ribuan payet yang menempel disekeliling kainnya membuat Hellena sedikit tidak leluasa.Tapi mau bagaimana lagi?Ini sudah peraturan istana.
"Hey, kau."Ryan tersenyum dan langsung menutup buku yang barusan dibaca. Ryan terlihhat begitu senang, iapun langsung menggeser bokongnya sedikit ke kiri seraya memberi ruang agar Hellena bisa duduk tepat di sampingnya.
Hellena membalas senyum Ryan, dan ia langsung meletakkan bokongnya di ruang kosong yang telah disiapkan Ryan untuknya.Mereka berdua duduk bersampingan, meskipun dengan jarak yang tak begitu dekat tapi kebahagiaan begitu jelas terukir di wajah Ryan.
"Ryan, ermh, aku ingin ..."
"Aku tahu Princess."Ryan berhasil memotong ucapan Hellena."Aku tahu apa yang ingin kau tanyakan padaku."Ryan menoleh pada Hellena sambil tersenyum kecil.