Ending

848 47 2
                                    

"Jadi, artis seksi itu juga terlibat dalam kasus ini?" Daniel bertanya pada Ryan yang kini sedang menyetir di sampingnya. Dua pria ini terlihat begitu akrab walaupun mereka berdua baru berkenalan secara tidak sengaja kemarin, saat mereka tengah sama-sama membututi kegiatan Hellena. Lebih tepatnya mengawasi. Itu benar-benar kebetulan yang langka. Meskipun awalnya mereka berdua sempat saling curiga.

Ryan melirik pada Daniel dengan tatapan tajam. "Dia sudah memutuskan kerja samanya dengan Aldoft, aku sendiri yang mendengarnya." Ryan mengoreksi kesimpulan Daniel. Nada bicaranya terdengar sedikit tinggi mengingat ia masih menyimpan sebuah perasaan spesial pada Megan.

Daniel berdecak pelan. Ia lantas mengelus dagunya sendiri dan tertawa renyah. "Kau terlalu emosional. Aku hampir lupa jika kalian begitu dekat," sindirnya setelah mengingat bahwa wajah Ryan dan Megan sempat beredar di halaman depan majalah-majalah ternama.

"Kami hanya berteman." Ryan mencoba membela diri, lebih tepatnya mencoba untuk menutupi isi hatinya.

"I see," komentar Daniel singkat. Ia sedang tidak ingin menggali hubungan pribadi antara Ryan dan Megan. Yang ia butuhkan saat ini adalah mencari tahu tentang kasus Hellena. Ia sudah melakukan beberapa penyelidikan gila-gilaan beberapa hari belakangan ini, namun ia belum bisa

menebak rencana Aldoft. Tapi entah mengapa ia bisa merasakan bahwa rencana itu semakin dekat, dan semakin siap untuk dijalankan.

Angin berhembus begitu dingin malam ini. Ryan masih berkonstrasi membelah jalan raya L.A yang tak pernah sepi. Ia sedang menuju pulang kembali ke Apartementnya. Ryan berjanji pada Daniel untuk mempertemukan detektif itu pada Megan. Setidaknya Megan adalah mantan salah satu kaki tangan Aldoft, paling tidak gadis itu pasti tahu rencana seperti apa yang disusun oleh Aldoft.

Meskipun cuaca begitu dingin, Ryan justru merasakan tubuhnya memanas, lebih tepatnya ia sedang tidak bisa berhenti memikirkan kondisi Megan yang ia tinggalkan dalam keadaan sakit. Wajah pucat Megan selalu terbayang-bayang di atas pikirannya. Bagaimana jika gadis itu kenapa-kenapa?

Diam-diam Ryan menyesal karena telah meninggalkan gadis itu sendirian sampai larut malam seperti ini. Mendadak perasaannya menjadi aneh, ia seperti sedang gelisah. Semakin ia memikirkan Megan, semakin cepat pula ia melajukan mobilnya. Entahlah, firasatnya seolah membisikkan seperti ada sesuatu yang buruk yang sedang terjadi.

*****

Aldoft menyunggingkan sebuah senyuman dingin sambil menatap gedung-gedung pencakar langit yang membentang menghiasi daratan L.A . Ia menenguk segelas wine dengan penuh penghayatan. Ada rasa puas di hatinya. Rencananya sejauh ini berjalan dengan lancar, meskipun awalnya ia sedikit kesal karena ternyata detektif kiriman Monte Carlo itu hampir mengetahui tempat persembunyian barunya.

Saat ini dia masih berada di L.A, namun ia tidak lagi tinggal di apartementnya, ia menyewa sebuah apartement baru yang sangat jauh dari pusat kota. Jauh dari keramaian dan hal yang berpotensi bisa menggagalkan rencananya.

"Brengsek kau." Sebuah suara lemah membuat Aldoft memutar badannya dan ia langsung tersenyum dingin sangat melihat seorang gadis cantik tengah berlulut di depannya dengan kedua tangan yang di ingat.

"Ouh, Ms. Fox," gumam Aldoft sambil menggeleng ketika melihat wajah Megan yang sangat buruk. Wajah cantiknya terlihat begitu lemas, bibirnya memucat, rambutnya berantakan, dan seluruh tubuhnya berkeringat. Orang suruhan Aldoft baru saja berhasil menculiknya dari apartement Ryan beberapa jam yang lalu.

Flower Crown (By Asa Bellia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang