Chapter 15

447 33 2
                                    

-

-

"Forks!?" Hellena memekik kuat ketika ia melihat dua buah tiket liburan yang kini ia gengam di tangannya. Ia lalu melirik Justin yang kini menatapnya dengan tatapan yang berarti. Kau-terlalu-berlebihan. Tapi Hellena tak peduli, saat ini benar-benar sangat senang. Bagaimana tidak? Forks adalah salah satu kota yang sangat ingin Hellena kunjungi.

Forks merupakan sebuah kota kecil yang hanya sekedar titik kecil di peta. Lokasinya terletak jauh di ujung barat laut Washington dan hampir berbatan dengan Kanada. Kota itu adalah kota kecil yang sebenarnya tidak sangat terkenal sebelum Stephenie Meyer memasukkan kota itu ke dalam novelnya yang tersohor yang kemudian diangkat ke dalam sebuah film yang berjudul Twilight.

"Tentu," ujar Justin sambil meraih kemeja yang tergantung di dalam lemari dan memakainya untuk menutupi tubuh bagian atasnya yang hanya di lapisi dengan kaos singlet putih yang cukup ketat.

Hellena melebarkan senyumnya dan meletakkan tiket itu di atas meja dan tiba-tiba saja mengambil alih pekerjaan tangan Justin yang kini tengah mengacingkan kemejanya. Justin mendesah pelan dan menggeleng samar mengamati Hellena yang kini tengah bersikap manis di depannya. Ah, kenapa tidak dari kemarin-kemarin saja dia begini?

"Dari mana kau tahu bahwa aku ingin sekali kesana?" tanya Hellena ketika ia sudah selesai mengancingkan kancing teratas kemeja Justin.

"Aku tidak tahu." Justin menaikan bahunya samar lalu meraih dasi coklat tua yang tergantung di sebelahnya dan mulai menaikan kerahnya.

Hellena memutar bola matanya lalu merebut dasi itu dari Justin dan melilitkannya di leher Justin dengan kasar.

"Selalu seperti itu. Tidak mau mengakui bahwa sebenarnya kau adalah pengagum rahasiaku," ujar Hellena penuh percaya diri.

Justin menghembuskan nafasnya pelan sambil menatapi Hellena yang hampir selesai memakaikannya dasi. "Selalu cerewet," ujar Justin datar.

Hellena merengut dan mengembungkan kedua pipinya. "Kenapa kau selalu menyebalkan? Tidak bisakah kau sedikit romantis padaku?" Hellena menurunkan tangannya dari pegangannya pada tali dasi Justin setelah gadis itu selesai memasangkan dasi itu dengan tapi.

"Selain cerewet, kau juga terlalu suka bertanya," Justin menatap Hellena dengan tatapan datarnya sambil menggeleng pelan. Sialan. Tatapan merendahkan itu muncul lagi. Hellena benci itu, sangat benci.

Bibir Hellena semakin mengerucut, jelas sekali bahwa ia sangat merasa tidak suka diperlakukan seperti itu. Ingin sekali rasanya Hellena melayangkan sebuah pukulan tepat di wajah Justin, atau mungkin sebuah tendangan maut yang ia pelajari sewaktu sekolah dulu. Ingat. Hellena bukanlah gadis lemah, ia bahkan memiliki kemampuan bela diri yang mampu melumpuhkan orang suruhan Aldoft beberapa bulan yang lalu.

Justin menyeringai samar. "Dan ternyata kau juga pemarah," kata Justin dengan nada yang paling ringan di dunia. Dan hal itu tentu membuat hati Hellena semakin memanas. Hellena mengepalkan tangannya dan wajahnya mulai memerah karena emosi. Sialan. Kenapa pria ini selalu hobi membuatnya emosi? Kenapa Justin masih sering bersikap dingin? Tidak bisakah pria itu sedikit lebih menjaga perasaan Hellena? Pria itu hanya baik jika ada maunya saja. Seperti kejadian kemarin sore.

Hellena memejamkan matanya, kemudian menarik nafas seraya meredam emosinya, tapi percuma, karena ketika gadis itu membuka mata dan ia melihat wajah Justin, emosinya kembali naik. Hellena khawatir bahwa ia bisa terkena darah tinggi jika terus bersama Justin.

Flower Crown (By Asa Bellia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang