Udara segar dan sejuk. Kabut tipis yang menghasi jalan raya.Jalan raya yang sangat sepi dan sunyi.Pohon-pohon tinggi berjejer rapi di sepanjang jalan. Ini sudah jam sembilan pagi dan anehnya suasana di kota kecil ini masih terasa sangat dingin. Mungkin itu semua terjadi karena peran ribuan pohon pinus yang berjejer di sepanjang wilayah kota Forks ini. Ya, sebuah kota kecil yang begitu asri dan alami.
Hellena menekan kaca mobil yang ia tumpangi lalu mengeluarkan kepalanya untuk melihat lebih jelas pemandangan indah disajikan oleh kota cinta Edward Cullen dan Bella Swan ini. Ia menatap ke atas melihat pohon-pohon tinggi yang menjulang menantang langit, diam-diam ia teringat akan sebuah bagian film dimana Bella Swan diajak oleh Edward untuk memanjat pohon-pohon itu. Benar-benar luar biasa. Angin dingin khas kota Forks langsung menerpa wajahnya sehingga bisa merasakan kesegaran dan ketenangan yang alami dari udara bersih yang ada di Forks. Gadis itu bahkan tak bisa berhenti tersenyum ketika ia melihat beberapa danau dan rumah-rumah penduduk yang letaknya saling berjauhan. Menakjubkan bukan?
"Sudah cukup.Tutup jendelannya!" ucap Justin yang tengah menyetir di sampingnya. Ah, beginilah enaknya menjadi seorang isteri direktur besar. Kemana saja kau pergi, mobil pribadi selalu tersedia. Dan mobil sport kali ini tidak buruk.
Hellena mendesah pelan.Ia tidak langsung patuh melainkan menatap Justin dengan penuh kekesalan. "Memangnya kenapa?Udara disini sangat sejuk," protes Hellena sambil menoleh lagi ke luar jendela yang masiht terbuka.
"Aku bisa sakit jika kau terus membiarkan angin dingin itu masuk," ucap Justin tanpa menoleh pada Hellena.
Dan jawaban itu langsung membuat Hellena mendesis kasar.Apa? Jadi dia begitu karena takut dengan kondisinya sendiri? Bukannya khawatir pada isterinya, ia malah khawatir pada dirinya sendiri. Benar-benar tidak punya perasaan.Bagus, mereka baru saja sampai di Forks dan Justin sudah mengacaukan semuanya. Oh Tuhan. Bisakah pria itu bersikap sedikit lebih menyenangkan, setidaknya selama liburan ini saja?Tolong musnahkan sikap ketus dan dinginnya itu.
Hellena memutar bola matanya dan pada akhirnya menutup kembali jendela mobilnya.Ia benar-benar ingin mencakar Justin sekarang juga. Pria itu benar-benar membuatnya naik darah.
"Berapa lama lagi kita sampai?" Hellena mengeluh karena sejujurnya ia sudah benar-benar tidak sabar untuk mengintirahatkan tubuhnya yang terasa begitu pegal. Ia baru saja sampai di bandara di Seattle tiga jam lalu dan langsung menuju ke Forks tanpa singgah. Untung saja di pesawat tadi ia sudah mendapatkan sarapan pagi.
Justin tak begitu menghiraukan Hellena, ia hanya fokus pada jalan lurus yang ada di depannya. Sesekali Justin melirik ke samping dan diam-diam hatinya juga mengagumi tempat ini.Terlihat begitu tenang dan jauh dari keramaian.
"Justin, aku bertanya padamu!" seru Hellena yang merasa tidak dihargai.
Justin akhirnya melirik Hellena dengan berat hati.Tatapan tajam langsung diterima Hellena, tatapan tajam Justin yang justru membuatnya mendadak merasa ketakutan."Sekali lagi kau bertanya, kuturunkan kau disini," ujar Justin sarkastik.
Bibir Hellena langsung terkatup rapat-rapat dan ia buru-buru membuang pandangannya ke luar jendela. Astaga, kenapa Justin begitu dingin?Bahkan sikapnya itu lebih dingin daripada udara di Forks.Hellena merasakan jantungnya seakan dicabik-cabik setiap kali mendapat tatapan intimidasi yang menakutkan dari seorang Justin. Hellena berani bersumpah, tatapan Justin itu bahkan lebih seram dan lebih dingin dari tatapan para anggota Volturi di film Twilight Saga.
Untunglah persediaan kesabaran Hellena masih sangat banyak untuk menghadapi seorang Justin. Untung saja ia masih bisa mengendalikan emosinya. Ternyata hidup bersama Justin itu juga termasuk ujian untuk melatih emosi dan kesabaran, dibutuhkan lebih dari sekedar kuat untuk menghadapi sikap Justin yang memang sudah dari sananya begitu.Ralat, itu bukan sikap, tapi watak.Watak yang sulit, atau bahkan tidak mungkin untuk dirubah.Dan yang membuat Hellena bingung saat ini adalah, kenapa dia malah mencintai pria yang semacam itu? Kenapa dia malah merasa nyaman di dekat Justin dari pada Ryan yang bahkan jauh lebih pengertian dari siapapun. Ah, dunia ini terkadang memang aneh.