•••
•
C h a p t e r 1 7
•
••
•
B l o o d y H e l l
•
••
•
[ WARNING! GORE CONTENT ]
Mataku ingin mengitari segala penjuru tempat ini. Namun tak bisa. Sorot mataku telah tertuju ke arah makhluk yang kukenal. Ia duduk tepat di hadapanku. Kepalanya menunduk. Rambut hitam panjangnya menyembunyikan wajahnya. Tetesan merah tampak berjatuhan dari wajahnya.
"Maaf ... Maaf ... Maaf," ucap wanita di depanku lirih.Kulitnya banyak yang terkelupas. Tubuhnya dilumuri cairan merah kental dari dagingnya yang tampak telah tergores. Kaki kanannya dari paha ke bawah telah hilang entah ke mana. Lengan kirinya juga tidak ada. Bekas luka melintang di sekujur tubuhnya.
Ia sedang duduk di kursi sama sepertiku. Tangan dan kakinya tak terikat apa pun, hanya saja terlihat lemas dan membuatnya tak mungkin untuk bergerak banyak.
Dan hal yang paling kubenci adalah ...
bau anyir yang langsung menyergap indra penciumanku.Ini semua selalu membuatku pusing, mual dan lemas.
Oh sial! Mantra Himeruka agar aku tak dapat mencium bau anyir sudah menghilang. T-tunggu dulu ... Apa yang telah--
"Ah, kau sudah bangun ya. Ini adalah pertunjukan pembukanya! HAHAHAHAH!" tawa mengerikan menyeruak masuk ke gendang telingaku.
Aku ingin membalas Rexez dengan kalimat terpedas yang kubisa, namun tenggorokanku kering. Semua hujatanku tercekat sampai di kerongkongan.
Sungguh, melihat wanita tersiksa di depanku seperti ini, membuat jantungku terasa ditusuk belati berkali-kali.
Tubuhku semakin lemas dan bergetar. Tangan kiriku, entah kenapa terasa perih. Mataku tak dapat beralih dari Himeruka. Maksudku, dia telah membantu Micah sekaligus aku. Apa dia layak mendapat siksaan ini?
"Cukup. Pertunjukan harus berlanjut."
Lagi. Aksen khasnya tertangkap telingaku.
Aku ingin menoleh padanya. Tapi tubuhku hanya bisa duduk terbujur kaku di sini. Aku tak dapat mengambil alih tubuhku. Rasanya sakit untuk digerakkan. Bahkan untuk sekadar menoleh.
"Maaf ... Maaf ... Maaf." Sedari tadi Himeruka terus berkata maaf. Membuatku tak tega.
"Hei, jalang! Tunjukkan padanya."
Kepala Himeruka menggeleng perlahan.
"Cih. Kau tak menyenangkan." Lelaki itu mendekati Himeruka.
Saat itulah aku dapat melihat sosok lelaki itu dengan jelas. Ia memakai jeans panjang dan hoodie abu-abu.
Kau tahu, apa yang salah dari lelaki itu?
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aetheverdel ( H I A T U S )
ФэнтезиAku tak pernah percaya pada teleportasi atau pun mesin waktu. Sebab aku tahu bahwa mereka hanyalah fantasi. Terjebak oleh ilusi dan realita. Tersesat oleh interpretasiku sendiri. Opini menjadi fakta. Dan fakta menjadi opini. Aetheverdel. Entah ini...