•••
•
C h a p t e r 1 6
•
••
•
S h r i e k o f P a i n
•
••
•
[ WARNING! GORE CONTENT ]
Author's Note
I'm sorry readers
This chapter contains of gore thingAnd yeah ... it sounds like~
I D a r e Y o u
"Rexez?" Kini aku sudah berdiri di pintu dapur.
"Ini mustahil! Aku sudah memberi mantra untuk membuyarkan auramu. Bahkan rumah ini juga telah kumantrai agar dia tak bisa melihat ke dalamnya. Ah, ini dia." Ia menggenggam pisau daging di tangan kanannya.
Kemudian ia duduk di kursi sambil meluruskan lengan kirinya yang diletakkannya di meja makan.
"Kau! Tutup matamu!" Alisku bertautan. Jujur, aku penasaran. Mata Himeruka bergantian melihat pisau daging dan lengan kirinya.
Tunggu ... Tak mungkin dia akan--
Kulihat tangan kanannya mengayunkan pisau ke tangan kirinya dan--
TAG
"AAKKHH!!" jerit kesakitan Himeruka menggelegar ke seluruh penjuru ruangan.
Dia memotong lengan kirinya. Darahnya menyembur ke manapun untuk sesaat. Himeruka langsung menunduk lesu. Tubuhku lemas rasanya. Seharusnya tadi aku menutup mata.
H-himeruka ... Apa-apaan dia?!
"Kau tadi menutup matamu bukan?" Ia menatapku dengan tatapan yang menyedihkan. Bercak merah tampak mencolok di pipinya.
Aku mengangguk pelan. Yah, karena tak ada bedanya aku menutup mata atau tidak, aku akan tetap melihat tangan kirinya lepas seperti itu.
"Apa yang kau--"
"Su-sudahlah ... Tanganku bisa tumbuh lagi nanti. Akan kusembuhkan sendiri." Himeruka berdiri dengan susah payah.
Kemudian ia mengambil lengan kirinya yang ada di meja dan berjalan gontai ke arahku layaknya mayat hidup. Darahnya masih mengucur dari tangan kirinya yang buntung.
Ini ... Sangat mengerikan.
Tubuhku membeku. Mataku masih terpaku pada lengan kirinya yang ia genggam erat di tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aetheverdel ( H I A T U S )
FantasyAku tak pernah percaya pada teleportasi atau pun mesin waktu. Sebab aku tahu bahwa mereka hanyalah fantasi. Terjebak oleh ilusi dan realita. Tersesat oleh interpretasiku sendiri. Opini menjadi fakta. Dan fakta menjadi opini. Aetheverdel. Entah ini...