Sixth

356 34 12
                                        


••

C h a p t e r   6

••

C h r o n o k i n e s i s ?

••

  Sinar matahari mulai merayap masuk ke dalam kamarku. Sinar matahari yang berusaha menerobos kelopak mata, agar sampai ke syaraf pengendali tubuhku. Namun, tak berhasil. Sebab otak pengendali tubuhku, hanya bereaksi pada alarm ke lima. Setelah alarm ke lima muncul, aku akan segera beranjak dari kasurku dengan kantung mata yang mengerikan.

  Yah, pagi membosankan seperti biasa.
  Belakangan ini, terkadang aku bermimpi tentang Halsey. Mungkin karena aku terlalu memikirkan semua yang ia katakan.

  Tch, otak yang merepotkan.

***

  Ini adalah hari ke 25. Tepatnya 3 minggu lebih 4 hari, sejak terakhir aku bertemu Halsey.

  Menyedihkan. Sejauh ini aku masih menantikan kejadian yang dimaksud.

  Kau tahu, aku merasa ada yang ganjal dari diriku. Maksudku seperti, kenapa aku begitu menantikannya? Padahal belum tentu akan terjadi.

  Setiap kali logikaku berkata kalau semua ini tak nyata, firasatku akan segera menyanggahnya alias memutarbalikannya.

  Mungkin setiap psikiater yang aku kunjungi memang gila sepertiku.

  Tidak mungkin. Psikiater itu jelas memiliki sertifikat resmi. Maka, hasilnya pasti benar.

  Oke, tapi psikiater juga manusia yang dapat melakukan kesalahan.

  Hampir mustahil, 2 psikiater menyimpulkan hasil yang salah.

  'Hampir mustahil.' Berarti masih ada peluang kecil kalau mereka salah. Lagi pula salah satu dari mereka berkata, kalau kau memiliki gejala depresi bahkan gejala maladaptive daydreaming.

  Beralih ke bukti lain. Bagaimana dengan bekas lilitan di betisku? Bagaimana dengan keanehanku yang tak memakan waktu? Dan kenapa semua khayalan terasa nyata?

  Seorang penderita kejiwaan, tanpa sadar akan selalu menciptakan ilusi yang tampak nyata.

  Aku normal berdasarkan perhitungan ahli kejiwaan.

  Kau selalu melamun dan menciptakan dunia imajinasimu. Kau selalu berusaha menjauh dari dunia. Kau sering stress, memiliki keinginan membunuh orang lain atau dirimu sendiri. Dan juga terlalu memperhatikan hal kecil yang sebenarnya tak penting. Apa kau masih yakin disebut normal?

.

  Dan pasti pada akhirnya, akan ada penengah yang muncul dari diriku.

.

  Hanya waktu yang dapat menjawabnya. Kita juga tak mengetahui kebenarannya. Menunggu sambil melakukan kegiatan sehari-hari, adalah tindakan yang tepat.

.

.

  Yah, setidaknya begitulah perdebatan tak penting dari otak dan benakku. Ditambah penengah yang entah muncul dari mana. Mungkin dari logikaku yang memandang dari sudut pandang lain.

Aetheverdel ( H I A T U S )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang