•••
•
C h a p t e r 1 1
•
••
•
R i c c h o n i x
•
••
•
Kutengadahkan kepalaku di atas permukaan air. Pupil mataku menangkap kumpulan pasir yang bersatu di tengah samudera. Ya, itu adalah sebuah pulau. Semilir angin menyentuh wajahku. Seakan pulau tersebut memberi ucapan selamat datang untukku, dalam radius kira-kira 100 meter dariku. Dan pasirnya tampak berkelip dari kejauhan. Bagai kilau berlian yang tersebar di pasir pantainya.
"Pulau Ricchonix?" Aku melirik Viallore.
"Benar," ucapnya lalu menarikku kembali ke dalam air.
"Bagaimana kesanmu tentang Ricchonix?"
"Sepertinya tempat yang indah," ucapku dengan ekspresi datar.
Kurasa aku mulai terbiasa dengan keajaiban Aetheverdel. Terbiasa dengan suguhan pemandangan indah yang membuatku terkagum hingga sekarang.
Dan entah kenapa aku masih memiliki firasat buruk tentang Ricchonix.
"Kuberitahu kau, Ricchonix adalah tempat yang berbahaya. Jangan mudah terpikat dengan suasana palsunya. Kau harus tahu motif utama mereka,"
"Berbahaya seperti apa?"
"Kau harus mencari tahu. Halsey mungkin tak memberitahumu tentang ini, maka dari itu aku memberi petunjuk untukmu terlebih dulu,"
"Menurutmu sifat Halsey itu bagaimana?"
"Tak mudah ditebak. Dia hanya melakukan apa yang dia mau. Ia pandai menyembunyikan perasaannya. Aku sering tertipu olehnya. Aku dapat mengetahui perasaan aslinya, hanya bila dia sendiri yang memberitahunya padaku,"
"Sebenarnya apa tujuan Halsey membawaku ke Aetheverdel?"
"Membawa? Maksudmu mengembalikan?" Kurasa Viallore menyinggung mengenai aku yang berasal dari dimensi ini.
"Dari mana kau tahu? Halsey?" Viallore mengangguk lalu berkata dengan nada khasnya yang anggun.
"Semua Pengawas di Aetheverdel sudah tahu bahwa ada satu makhluk Chronoxiletus Evloxer yang pernah tinggal di Bumi. Namun mereka tak mengetahui identitasmu sama sekali,"
"Sejak kapan mereka tahu?"
"Entah. Yang jelas sudah lama."
Kami terdiam. Sebab dari ekspresi Viallore dan situasi sekitar, jelas terlihat kalau kami hampir sampai di Ricchonix.
"Baiklah, sampai di sini aku mengantarmu. Semoga beruntung," ia tersenyum tulus dan berenang berbalik arah. Kami berpisah secara bersamaan.
Saat ini aku berenang lurus, masih dengan selang udara dari Viallore. Tak sampai satu menit, aku telah sampai di tepi pantai. Dan ya, tubuh termasuk bajuku tak basah sama sekali.
Kuedarkan pandanganku dan mendapati seorang gadis cantik yang sedang mengamatiku dari kejauhan. Ia menatapku dengan tatapan tajam sekaligus menenangkan miliknya dan seulas senyuman. Entah kenapa, aku sedikit lega dapat melihatnya dengan ekspresi menenangkan seperti itu. Tanpa ragu, aku mendekatinya. Dan saat aku sudah berada di hadapannya, ekspresinya berubah secepat kedipan mata. Membuat tetesan kelegaan yang meresap dalam jiwaku, hilang seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aetheverdel ( H I A T U S )
خيال (فانتازيا)Aku tak pernah percaya pada teleportasi atau pun mesin waktu. Sebab aku tahu bahwa mereka hanyalah fantasi. Terjebak oleh ilusi dan realita. Tersesat oleh interpretasiku sendiri. Opini menjadi fakta. Dan fakta menjadi opini. Aetheverdel. Entah ini...