Gadis itu membalikan tubuhnya untuk saling berhadapan dengan seseorang yang sedari tadi memeluk tubuhnya dari belakang. Ia mengenali suara ini. Suara yang sudah sangat ia hafal bagaimana lelaki itu berbicara.
"Kau gila! Idiot!" Umpat Minhyo dengan tatapan mata yang tajam menusuk kepada Park Chanyeol. Chanyeol hanya tersenyum tipis. Ia dapat melihat dengan jelas mata gadis itu menatapnya dengan takut. Rasa akan takut kehilangan. Ya. Ia tahu arti tatapan itu. Apakah sekarang gadis itu mulai menyukainya? Entahlah. Ia tak tahu bagaimana perasaan gadis itu terhadapnya.
Chanyeol hanya diam. Tak berniat membalas umpatan yang gadis itu berikan bertubi-tubi padanya. Chanyeol masih memandangi wajah Minhyo dalam. Dapat Chanyeol lihat gadis itu hanya menggigit bibir bawahnya dan air mata yang hampir menutupi seluruh bagian pelupuk matanya. Astaga. Gadis itu meneteskan air matanya. Bahkan, Ia telah membuat gadis yang di cintainya menangis!
Dengan sigap Chanyeol merengkuh Minhyo kedalam dekapannya. Gadis itu sesegukan dan menangis dalam diam. Tangannya tak tinggal diam. Ia memukuli punggung tegap Chanyeol melampiaskan rasa kekesalannya yang sudah berada di ujung tanduk. Chanyeol sudah membuatnya kesal hari ini. Jangan salahkan dirinya yang meluapkan segalanya kepada Chanyeol. Lelaki idiot dan bodoh yang pernah ia temui.
Beberapa menit berlalu dan lelaki itu masih setia mendekap tubuh rapuh gadis itu dengan erat. Chanyeol tak ingin melepaskannya. Ia tak bisa hidup dengan tenang jika tak melihat gadisnya barang sedetikpun. Karena ia terlalu mencintai Shin Minhyo. Sehingga segala yang ia miliki seolah tak berarti jika ia tidak bisa menjangkau gadis itu kedalam rangkulannya. Bahkan lelaki itu dengan lapang dada meninggalkan semua hartanya yang ia miliki hanya untuk seseorang yang ia klaim sebagai gadisnya. Semua hartanya menghilang seolah tak berbekas. Berpindah tangan kepada pemilik aslinya yaitu ayahnya. Ayahnya tak merestui hubungannya dengan gadis yang di cintainya. Karena ayahnya tahu dengan sendirinya bahwa Shin Minhyo adalah seorang single parent tanpa adanya suami ataupun pernah menjalin ikatan pernikahan sebelumnya. Gadis itu tak pernah terikat apapun. Bahkan ia tak tahu siapa yang telah membuatnya mengandung anak yang tak tahu siapa ayah dan asal-usulnya. Semakin keras ayahnya membantahnya untuk menjauhi Shin Minhyo. Semakin keras pula lelaki itu berkeinginan pergi meninggalkan rumah, meninggalkan semua kekayaan yang ia miliki dan meneruskan jalan hidupnya sendiri. Ia menjadi seseorang yang mandiri sekarang dengan membangun sebuah caffe hasil jerih payahnya sendiri.
"Kau mengingkari janjimu." Chanyeol berucap pelan tepat di samping telinga gadis itu. Ia menghirup aroma gadis yang ia cintai. Aroma yang membuat paru-parunya sejuk dan hatinya damai. Ia tak pernah merasa sedamai ini. Dunianya dahulu benar-benar buruk sebelum ia bertemu dengan gadis bermarga Shin itu. Bahkan bisa saja kelakuannya akan di cap sebagai lelaki mata keranjang. Chanyeol mengelus punggung gadis yang berada dalam dekapannya. Berusaha menenangkan gadis itu untuk segera berhenti menangis. Hatinya akan merasa berdenyut nyeri jika melihat gadis itu meneteskan air matanya barang setetespun.
"Apa maksudmu?"
"Kau berjanji padaku untuk tidak menangis lagi. Tapi nyatanya kau kembali menangis."
Gadis itu melonggarkan pelukannya lalu menatap Chanyeol dengan mendongak karena tingginya tak lebih dari pundak lelaki tersebut.
"Itu semua karenamu. Kau yang membuatku seperti ini" Minhyo mengerucutkan bibirnya kesal. Suaranya bahkan masih parau. Matanya sedikit memerah karena menangis kurang lebih sepuluh menit lamanya.
"Jaga dirimu baik-baik. Aku harus pergi. Sebentar lagi pesawat akan take off" Chanyeol memandang gadis tersebut. Menelusuri wajah gadis yang akan ia rindukan beberapa bulan kedepan. Ia akan meninggalkan Shin Minhyo dalam kurun waktu yang lama. Meninggalkan gadis itu sendirian walau ia tak ingin meninggalkannya tetapi keadaan yang memaksanya seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Mommy?! [ON HIATUS]
FanfictionApa jadinya jika seorang gadis belia yang berumur 22 tahun sudah mempunyai anak tanpa hadirnya seorang suami yang mendampinginya? Apa gadis itu akan tetap bertahan meneruskan jalan hidupnya untuk merawat dan membesarkan anak tersebut?