#1

10.9K 701 49
                                    

Lagi. Langit kembali cerah seperti hari-hari sebelumnya. Menampakan kembali sinarnya untuk menerangi setiap celah di bumi. Angin musim panas berhembus lembut mengibaskan sedikit helaian rambut seorang gadis kecil yang tengah duduk berdiam diri di sebuah halte dengan wajahnya yang selalu di tekuk melengkung keatas tanpa mengalihkan perhatiannya pada beberapa kendaraan yang hilir mudik. Cukup padat hingga membuat gadis itu bosan hanya untuk berdiam diri. Menunggu seseorang yang hingga saat ini tak kunjung menampakan batang hidungnya. Gadis kecil itu menghela nafas perlahan dan kembali tersenyum. Menggoyangkan kedua kakinya untuk mengusir rasa bosan yang kini menghampirinya.

Ia tahu. Bahkan tahu betul bagaimana kesibukan sosok seorang ibu yang begitu disibukkan dengan semua kepadatan aktivitasnya. Ia mengerti bagaimana ibunya bekerja hanya untuk dirinya. Memberinya cinta dan kasih sayang seorang ibu.

"Mina-ya. Maafkan ibu" ucap seorang wanita yang datang dengan wajahnya yang sedikit berantakan. Terlihat lelah dan pucat. Gadis itu balas menampilkan dengan deretan giginya yang rapih dan terlihat sedikit terkejut melihat wajah pucat sang ibu yang kini tengah berdiri di depannya sembari mengelus surai hitam gadis mungil tersebut.

"Eomma. Apa eomma baik-baik saja?" tanya gadis mungil tersebut yang perlahan memudarkan senyumnya. Menatap sang ibu dengan wajah yang tersirat dengan penuh kekhawatiran di dalamnya.

"Tentu saja sayang." sang ibu tersenyum lembut hanya untuk meyakinkan pada putri kecilnya untuk tidak menaruh kekhawatiran pada dirinya.

"Lalu kenapa wajah eomma terlihat begitu pucat?" gadis kecil kembali melontarkan pertanyaan polosnya pada sang ibu. Sedikit meragukan jawaban yang ibunya berikan padanya.

"Eomma baik-baik saja. Minie apa kau ingin memakan ice cream?"

"Ice cream? Tentu saja eomma. Min suka sekali ice cream." teriak gadis cilik tersebut dengan senyum cerahnya yang kini terlukis jelas di wajahnya.

"Ayo. Sekarang kita beli ice cream favoritmu" sang ibu balas tersenyum. Melihat senyum malaikat kecilnya membuat rasa lelah dan penatnya hilang bagai di tiup angin. Ia tak pernah membayangkan sebelumnya akan seperti ini. Mempunyai seorang anak dan membesarkannya sendiri tanpa hadirnya seorang ayah untuk memberikan kasih sayang untuk buah hatinya. Ia benar-benar frustasi. Bahkan ibunya kandungnya sendiri tak ingin mengakui dirinya sebagai anak kandungnya. Apakah ini sebuah kesalahan untuknya? Mungkin jawabannya iya. Dia memang telah melakukan kesalahan. Sebuah kesalahan yang membuat semua orang membencinya. Disaat ia sedang membutuhkan seseorang untuk ia pinjamkan bahunya. Mereka semua pergi. Hilang entah kemana bagai di telan bumi. Mereka semua pergi menjauhi dirinya. Bahkan, ia sendiri tidak tahu dimana letak kesalahannya. Apakah dunia ini terlalu kejam untuknya? Bolehkah ia meminta sesuatu padamu Tuhan? Gadis itu hanya ingin satu kebahagiaan. Orang-orang yang selalu ada untuknya dan menemaninya kapanpun ketika ia sedang membutuhkan orang untuk bersandar.

Gadis itu hanya dapat tersenyum. Senyum yang penuh dengan kesedihan di dalamnya.


✖✖✖✖✖✖✖✖✖

Ia termenung dalam diam. Menatap pantulan dirinya pada sebuah cermin yang berukuran besar di hadapannya. Menatap pantulan wajahnya yang kini terpoles oleh makeup yang sedikit tebal dan dengan di padukan sebuah mini dress yang terbilang sedikit kurang bahan. Ia menatap jijik dirinya sendiri. Apakah harus ia berpenampilan seperti ini? Ya. Sepertinya harus untuk membiayai biaya hidupnya dan anak semata wayangnya.

Gadis itu kemudian melirik sebuah jam tangan yang melingkari lengan kirinya. Sudah pukul sebelas malam. Apakah malaikat kecilnya sudah terlelap dan memasuki alam mimpinya? Ia berharap seperti itu. Ia tak ingin malaikat kecilnya melihat dirinya yang seperti ini. Sangat jauh dari sosok seorang ibu yang gadis kecil itu bayangkan.

Bad Mommy?! [ON HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang