#9

4K 461 26
                                    

Sehun membawa gadis yang tengah pingsan itu menuju kamarnya. Membaringkan gadis tersebut dengan perlahan. Lelaki itu terdiam di ujung tempat tidur besarnya. Matanya menatap lekat wajah seorang gadis yang tengah menutup matanya. Dapat ia lihat wajahnya terlihat pucat,kantung matanya terlihat membengkak dan bibirnya yang pink terlihat pucat dan kering. Gadis ini benar-benar berantakan sekarang. Ya. Itu karena dirinya sendiri. Kejadian beberapa tahun lalu yang membuatnya menjadi seorang pengecut. Ia bahkan tak berani menunjukan batang hidungnya sekalipun. Nyalinya seolah menciut bagai semut-semut kecil. Memori-memori kelam berputar di otaknya. Gadis ini tak berdosa tetapi gadis ini juga yang menanggung deritanya. Sehun. Lelaki itu yang seharusnya mendapatkan dosa dan menanggung akibatnya. Beberapa tahun ini ia selalu bersembunyi dibalik bayang-bayang yang menyuruhnya untuk tidak berkata sejujurnya. Ia menutupi kebohongan dengan kebohongan lainnya. Sejujurnya ia merasa amat sangat bersalah. Rasa bersalah yang ia rasakan semakin hari semakin menggunung. Ia tak mempunyai keberanian bagaimana seharusnya seorang lelaki sesungguhnya. Ia terlalu takut dan berusaha mengubur rasa bersalah yang ia sembunyikan sedari dulu. Tetapi, untuk saat ini ia tidak akan bersembunyi lagi. Ia ingin mempertanggung jawabkan semua yang telah ia perbuat di masa lalu. Ia tak ingin menjadi lelaki pengecut dengan gadis itu yang menjadi tameng akan perbuatan yang ia lakukan. Perbuatan yang mungkin tidak ada seorangpun yang mengetahuinya terkecuali dirinya.

Flashback on.

Hujan deras mengguyur kota Seoul hari itu. Hari semakin gelap. Matahari yang sedari tadi bersinar terang telah menghilang digantikan dengan ribuan awan hitam menghiasi langit. Suasana terasa dingin dan keadaan sekolah sudah mulai sepi. Beberapa orang keluar dan berlari menghampiri jemputannya. Sebagian lagi memilih berjalan menjauhi gedung sekolah menggunakan payung. Ada beberapa orang yang masih menunggu hujan segera mereda ataupun menunggu jemputan mereka datang. Tak banyak. Mungkin hanya ada empat atau lima orang saja. Sudah pukul enam sore dan sekolah sudah sangat sepi. Sementara seorang lelaki tengah berdiam diri dengan beberapa buku ditangannya dan sesekali membenarkan letak kacamatanya yang sedikit bergeser. Sesekali menarik nafas dalam agar tidak mengeluarkan cairan kental yang berada dalam hidungnya. Semua orang menyebutnya sebagai bocah ingusan padahal usianya bahkan hampir menginjak sembilan belas tahun. Tak ada seorangpun yang mau mendekatinya. Semuanya menjauhinya dan menganggapnya sebagai sampah yang dikelilingi oleh barang-barang mewah. Tak ada yang mendekatinya seolah dialah orang yang paling tidak disukai didunia ini.

"Sunbaenim, kau belum pulang?" Seorang gadis bertanya dengan ramah tepat berdiri di sampingnya. Lelaki itu sedikit terperanjat dan menatap wajah gadis itu begitu lama. Wajah putihnya,bibir pulm berwarna pinknya,matanya yang sedikit sipit dan rambut yang diikat kuncir kuda membuatnya begitu terlihat cantik dan begitu alami. Tak dapat lelaki itu pungkiri bahwa ia terlihat begitu cantik dan mempesona.

Lelaki itu segera tersadar sebelum gadis itu menyadari bahwa ia tengah menatap wajahnya. Ia menggeleng. Sebagai jawaban dirinya atas pertanyaan yang gadis itu lontarkan.

Shin Minhyo. Nama gadis itu. Ia hanya membentuk bulatan dimulutnya tanpa suara sebagai balasannya kembali pada sunbaenya lalu kembali menatap kedepan. Menunggu hujan dan berharap hujan segera mereda setidaknya untuk sekarang. Ia tak ingin berlama-lama di sekolah ini. Sekolah ini tampak menakutkan baginya ketika malam hari tiba. Ia tak ingin mendengar suara-suara aneh yang melewati gendang telinganya dan gadis itu bersyukur karena ia tak sendiri disini. Ada seseorang yang menemaninya meskipun ia tak mengenalnya dengan jelas.

"Astaga! Ponselku!" Gadis itu berteriak dan menepuk jidatnya. Ia mengumpat dan merutuki kebodohannya yang berada di ujung tanduk. Ia benar-benar bodoh karena tak menyadari jika ponselnya tertinggal dibawah laci mejanya. Bagaimana ia bisa memberitahu ibunya jika ia pulang terlambat hari ini? Ia tak ingin membuat ibunya khawatir. Dengan segera gadis itu berlari dengan cepat. Kembali menuju kelasnya untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.

Bad Mommy?! [ON HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang