Shin Minhyo berjalan menelusuri sebuah jalan yang akan membawanya menuju tempat tinggalnya. Tinggal di sebuah rumah kecil dan sederhana yang ia sewa menggunakan hasil kerja kerasnya. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul tujuh malam. Matahari bahkan sudah tenggelam secara sempurna. Udara semakin menusuk kulitnya meskipun tak seberapa dengan hidup yang terus menusuknya secara perlahan. Gadis itu terdiam di tempatnya. Langkah kakinya terhenti. Jantungnya berdetak begitu kencang. Hatinya seolah tertohok oleh ribuan jarum tajam yang tak berwujud. Hatinya sakit. Matanya menatap tajam objek yang berada tak jauh darinya. Gadis cilik yang tengah menangis sembari memeluk lututnya benar-benar membuat dunianya seolah terhenti. Matanya ia edarkan keseluruh penjuru tempat itu. Barang barang miliknya berserakan di sekitar pinggir jalan tepat di depan rumahnya sendiri. Dapat ia lihat tak jauh darinya terdapat satu koper besar yang tergeletak dengan tidak elit di samping gadis ciliknya. Ia melangkahkan kakinya. Mendekati malaikat kecilnya yang tengah menangis dengan sedikit sesegukan. Sungguh. Siapapun ia tak akan membiarkan seorang pun menyakiti gadis kecilnya. Shin Minhyo merengkuh putri kecilnya kedalam dekapan hangatnya."Tenanglah. Ibu disini." Minhyo berujar dengan sangat tenang. Mina masih menangis. Bahkan dapat ia dengar tangisannya semakin kencang. Di saat itu juga dapat ia rasakan matanya memanas. Ia juga ingin menangis. Sungguh. Kejadian ini membuatnya seolah kembali mengalami penderitaan. Tidak bisakah ia bahagia untuk kali ini saja?
Minhyo mengelus punggung putri kecilnya. Memberikan kekuatan yang ia punya untuk putri kecilnya. Ia membenci semua ini. Jika bertahan akan sesakit ini kenapa ia tak mencoba mengakhiri hidupnya dari dulu?
"I-ibu aku takut." Mina mulai membuka mulutnya. Suaranya terdengar lemah dan ketakutan. Bibirnya bergetar begitu juga dengan tubuhnya yang seolah menggigil seperti berada di dalam suhu minus sepuluh derajat. Shin Minhyo masih memeluk putrinya semakin erat. Gadis itu meneteskan air matanya. Ia menangis tanpa Mina ketahui. Ia benar-benar frustasi. Ia ingin menjerit namun ia tahan. Ia tak ingin terlihat lemah di depan putrinya. Ia harus selalu kuat. Tidak. Bukan kuat. Ia hanya mencoba menguatkan dirinya sendiri.
"Orang-orang itu begitu menakutkan, Bu. Mereka semua menyuruhku dan ibu pergi dan tidak di izinkan tinggal disini lagi."
Gadis itu tertegun. Ia tak dapat membayangkan bagaimana rasa ketakutan yang menghantui gadis sekecil ini. Ia melonggarkan pelukannya lalu menatap wajah putrinya yang memerah dan matanya yang membengkak karena terlalu banyak menangis.
"Tenanglah. Semua akan baik-baik saja." Sang ibu tersenyum lembut. Menangkup kedua pipi putrinya dan mengelusnya lembut menggunakan ibu jarinya. Lihatlah. Bagaimana gadis itu masih bisa tersenyum disaat keadaan seperti ini. Tidak. Gadis itu tersenyum hanya untuk meyakinkan hati dan tekadnya bahwa ia akan baik-baik baik saja setelah ini. Tersenyum palsu hanya untuk meyakinkan putrinya bahwa keadaan akan baik-baik saja dan kembali seperti sediakala.
Minhyo berdiri dengan lututnya yang seolah tak bisa menahan lagi bobot tubuhnya. Ia terlalu lemas dan lemah. Fisik dan psikisnya begitu tersiksa. Ia tak punya kekuatan apapun. Tak akan ada seorangpun yang mau menolongnya dalam keadaan seperti ini. Ia tak mungkin menghubungi Chanyeol untuk saat ini. Lelaki itu pasti tengah sibuk. Ia tak ingin mengacaukan Chanyeol lagi. Sudah cukup ia membuat Chanyeol kacau beberapa tahun lalu tanpa ia sadari ialah pembuat kekacauan semua ini. Ia sudah memikul beban yang begitu berat begitupun halnya dengan Chanyeol. Ia dan lelaki itu benar-benar memiliki kesamaan nasib. Tetapi tetap saja ia dan Chanyeol memiliki perbedaan. Lelaki itu lebih beruntung di bandingkan dirinya. Keluarga Park masih mengakui lelaki itu anaknya tetapi tidak dengan dirinya. Kehadirannya bahkan seakan tak di inginkan oleh keluarganya. Sebuah kenyataan yang membuat luka di hatinya semakin menganga lebar. Kenyataan sekaligus kenangan pahit yang seakan menyuruhnya untuk menelannya bulat-bulat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Mommy?! [ON HIATUS]
FanfictionApa jadinya jika seorang gadis belia yang berumur 22 tahun sudah mempunyai anak tanpa hadirnya seorang suami yang mendampinginya? Apa gadis itu akan tetap bertahan meneruskan jalan hidupnya untuk merawat dan membesarkan anak tersebut?