Mereka bertiga saling berpandangan. Suasana menjadi hening dan canggung. Tidak ada yang membuka suara terkecuali hanya hembusan nafas masing-masing. Hanya suara detingan jarum jam yang terus berjalan seolah mengiringi kesunyian yang tercipta diantara ketiganya.
"Perkenalkan aku Minhyo. Shin Minhyo. Aku adalah kakak sepupu Sehun." Bohong! Gadis itu tentu saja tengah berbohong. Sepupu? Bahkan gadis itu tidak tahu menahu tentang latar belakang keluarga Oh bagaimana. Ia hanya asal menjawab. Berusaha menjaga hati seorang gadis yang ia yakini adalah kekasih lelaki yang duduk bersebrangan dengannya. Gadis bermarga Choi tersebut menatapnya lama dan sedikit berpikir sembari matanya menatap seorang lelaki yang duduk disebelahnya dengan pandangan penuh tanya.
"Oppa! Kau tidak pernah bercerita padaku kau mempunyai kakak sepupu secantik ini." Choi Eunha. Gadis itu memukul lengan Sehun dengan sedikit keras. Sehun. Lelaki itu hanya tersenyum sekenanya lalu menatap seorang gadis yang duduk tak jauh di depannya dengan wajah seolah keadaan sedang dalam baik-baik saja namun tersirat dengan jelas bahwa lelaki itu tengah berusaha menyembunyikan rasa penasarannya kenapa gadis itu mengatakan sebagai kakak sepupunya? Mereka bahkan tak mempunyai hubungan darah sama sekali. Satu kebohongan tercipta untuk saat ini.
"Eonni, perkenalkan aku Choi Eunha. Tunangan Sehun oppa. Senang bertemu denganmu." Eunha berdiri lalu membungkukan tubuhnya memberi hormat. "Tidak perlu seperti itu. Santai saja." Minhyo tersenyum lembut lalu ikut mengangkat tubuhnya turut berdiri. Berpura-pura menjadi kakak sepupu Oh Sehun tidak sulit juga. Ia berujar dalam hatinya lalu berpamitan untuk menemui putri kecilnya yang mungkin saja tengah menunggu segelas susu hangat sebelum tidur.
Shin Minhyo mulai melangkahkan kakinya meninggalkan sepasang kekasih tersebut di ruang keluarga. Baru saja ia melangkahkan kakinya satu langkah gadis itu kembali berbalik lalu menatap Sehun maupun Eunha secara bergantian. "Eunha-ssi. Hari sudah malam. Sebaiknya kau menginap saja disini." Ucap gadis bermarga Shin tersebut. Meminta pada Eunha agar bermalam dirumahnya. Ah. Tidak. rumah Oh Sehun maksudnya. Lelaki itu membulatkan matanya dengan sempurna. Hey! Siapa sebenarnya tuan rumah disini?
Lelaki berkulit putih itu hanya dapat menghembuskan nafasnya kesal. Menahan kekesalannya yang berada di ujung tanduk. Tentu saja. Dia tuan rumah disini dan seharusnya dia juga yang memutuskan Eunha menginap atau tidak di rumahnya. Kenapa gadis menyebalkan itu berbuat sesuka hatinya? Baiklah. Sepertinya untuk kali ini ia harus benar-benar mengalah dan membiarkan gadis itu bersikap seolah-olah mereka memang satu keluarga.
"Kau dengar? Menginaplah untuk malam ini. Besok pagi aku yang akan mengantarkanmu." Lelaki itu membuka suaranya. Mencoba bersikap senormal mungkin. Setidaknya untuk beberapa saat hingga Eunha sudah pulang esok hari. Ia ingin meluapkan kekesalannya pada gadis bermarga Shin Minhyo tersebut.
Minhyo hanya tersenyum dan mengangguk membenarkan ucapan Oh Sehun. Sehun bahkan tak menatapnya. Mungkin pria itu mulai menyimpan dendam padanya karena berbuat sesuka hatinya. Toh, ia tidak peduli. Choi Eunha gadis itu akhirnya mengangguk. Menandakan bahwa ia menyetujui atas usulan kakak sepupu Oh Sehun. Setidaknya ia bisa selamat untuk tidak pulang malam hari dan menghindari godaan lelaki hidung belang yang mabuk di pinggir jalan. Setidaknya menginap malam ini akan lebih baik. Karena nyatanya lelaki itu adalah tunangannya. Tentu saja Oh Sehun akan menjaganya dengan sepenuh hati. Karena mereka memang di takdirkan untuk saling mencintai. Begitulah pendapat Choi Eunha didalam hatinya.
"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu. Mina pasti menungguku. Selamat malam~" Gadis itu pergi. Meninggalkan sepasang kekasih tersebut berdua dalam keheningan yang kembali tercipta tanpa jarak.
✖✖✖✖✖
"Ibu.... Kenapa lama sekali?" Gadis kecil itu mengerucutkan bibirnya. Sementara gadis yang baru datang dan berdiri diambang pintu hanya tersenyum merasa bersalah. "Maafkan ibu. Ini susu kesukanmu." Shin Minhyo memberikan botol minum khas balita. Mendekati sebuah ranjang besar dan mendudukan dirinya di bibir ranjang sembari mengelus lembut rambut hitam putri kecilnya. Gadis kecil yang tengah berbaring dengan selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Tersenyum riang dan dengan cepat meraih apa yang ia tunggu sedari tadi. Meminumnya dengan sedikit terburu-buru. Sementara sang ibu hanya terkikik geli. "Hati-hati. Nanti tersedak." Ya. Gadis itu selalu menemani putri kecilnya saat malam tiba. Menemani putri kecilnya hingga benar-benar tertidur dengan lelap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Mommy?! [ON HIATUS]
FanfictionApa jadinya jika seorang gadis belia yang berumur 22 tahun sudah mempunyai anak tanpa hadirnya seorang suami yang mendampinginya? Apa gadis itu akan tetap bertahan meneruskan jalan hidupnya untuk merawat dan membesarkan anak tersebut?