02. Bingo!

2.2K 196 34
                                    

Author POV

"Bingo...bingo... akhirnya kita berjumpa lagi.... Bingo bingo 'tuk pertama kali akhirnya kusadari.... Bingo-bingo sampai saat ini tak menoleh...untungnya aku, tetap menunggu, takdir pun berpihak padaku...."

Senandung bahagia yang dilantunkan oleh Veranda langsung berhenti ketika dia melihat Kinal masuk ke dalam ruangan.

"Aduh kaget tau gak, Nay." Ucap Ve sambil mengelus dadanya. "Ketuk dulu dong pintunya kalau mau masuk."

"Lah...aku udah ketok tiga kali tadi, kamunya malah nyanyi-nyanyi gak jelas." Jawab Kinal. Dia berjalan menghampiri meja Veranda dan menatap sahabatnya itu dengan mata penuh curiga. "Kok kayaknya seneng banget nih? Ada apaan?"

"Enggaaaa....." jawab Ve sambil menyembunyikan senyum. Jelas itu usaha yang sia-sia karena Kinal tahu betul ekspresi Ve saat berbohong. Belum lagi nada bicaranya yang dipanjang-panjangkan itu. Sudah sangat jelas Ve sangat bahagia.

"Ada mahasiswa ganteng ya?"

"Engga kok."

"Ada dosen ganteng?"

"Engga..."

"Ada satpam gant...."

"Naayy...." Potong Ve sambil melihat tajam ke arah Kinal. Kinal malah tertawa puas.

"Ya abisnya nyebelin banget gak mau kasih tau segala. Kita temenan udah berapa taun, Ve!?"

"Ck....iya ya... aku cuman seneng doang kok akhirnya bisa ada di Bandung...."

Kinal masih menatap Ve dengan tidak percaya.

"Iya beneran gara-gara itu kok..." kali ini Ve melipat tangannya dan menggembungkan pipinya.

"Iye-iye gak usah jadi sok imut gitu-lah." Kinal menghela nafas panjang lalu dia mengalihkan pandangannya ke seisi ruangan Ve. "Baik banget ya mereka sampai ngasih kamu ruangan khusus kayak gini." Lanjutnya sambil mengagumi ruangan sederhana namun rapi itu. Persis seperti ruangan direktur kantoran.

"Yaaa...bersyukur aja deh, Nay." Jawab Ve masih dengan senyum menempel di bibirnya. Jari-jemarinya bermain di atas meja. Tak perlu jadi sahabat Ve pun sudah bisa ditebak hari itu Ve sedang bahagia. Tapi Kinal memutuskan untuk tidak menanyakan apa-apa lagi pada Ve. Toh kalau sudah begini diancam juga Ve tetap tidak akan mau bicara.

"Nyebelin banget sih kamu hari ini..." ucap Kinal dengan kesal.

"Apa sih orang gak ngapa-ngapain juga..." ekspresi Ve yang seperti orang pura-pura tidak tahu membuat Kinal semakin kesal.

Kinal berdecak pelan. "Yaudah terserah kamu dah. Aku pulang duluan nih ya... kamu jangan aneh-aneh di kota orang."

"Iya.. makasih loh, Nay, udah nemenin aku ke Bandung. Kereta kamu berangkat jam berapa?"

"Jam 1. Tiga jam lagi sih, tapi lebih baik aku berangkat sekarang aja daripada kena macet."

"Ya...hati-hati, Nay. Maaf aku gak bisa nganter yaa..."

"Gakpapa, Ve. Dadahhh..."

"Daahh...."

Helaan nafas panjang dihembuskan oleh Veranda seiring pintu ruangannya ditutup dari luar. Sebenarnya dia lebih senang Kinal berada di sisinya dan menemaninya sepanjang dia penelitian di kota Bandung. Tapi apa boleh buat, kuliah Kinal mengharuskannya kembali ke ibukota negara. Orang lain yang Ve kenal cukup baik di tempat itu adalah Melody, tapi sayangnya Melody sudah tidak akan kembali ke tempat itu untuk waktu yang lama.

The Tale Of Two AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang