07. Nightmares

1.9K 176 32
                                    

Ve POV

Semenjak aku pulih dari kecelakaan waktu itu, aku merasa ada sesuatu yang aneh. Lebih tepatnya, seperti ada kepingan puzzle yang hilang dari hidupku. Awalnya aku mengira sesuatu yang hilang itu efek dari kecelakaan yang merenggut papa dan mamaku. Tapi setelah berangsur-angsur, aku bisa move-on dari peristiwa itu. Aku sudah punya teman-teman yang baik, pekerjaan yang baik, tempat hidup yang enak juga. Namun, tetap saja aku merasa ada yang kurang.

Beberapa minggu ini Gracia resmi hadir dalam hidupku. Jelas aku senang. Orang yang kuharap-harap bisa kenal lebih baik kini tinggal satu atap denganku bahkan tidur satu ranjang denganku. Malah aku merasa...semenjak dia ada...kepingan yang aku rasa tidak ada sekarang menjadi lengkap. Aku tidak tahu kepingan apa itu , yang pasti aku senang bisa selalu berada di sampingnya seperti sekarang. Gracia sudah menganggapku seperti kakaknya sendiri, namun...sejujurnya aku menginginkan lebih.

Entahlah...soal perasan itu aku masih bingung...

Sementara itu juga, ada hal aneh lain. Kadang saat sedang momen berdua dengan Gre, aku merasa seperti déjà vu. Momen-momen kakak-adik ini aku pernah mengalaminya. Apa aku pernah punya adik sebelumnya? Tapi...Kinal bilang aku anak tunggal dan aku yakin dia gak mungkin bohong. Kalau benar aku punya adik dan dia ikut tewas dalam kecelakaan, Kinal hanya perlu mengatakannya. Toh...sama saja 'kan?

Hari ini Kinal datang untuk membahas pekerjaan kami selanjutnya. Aku memang belum cerita mengenai Gracia yang menetap di rumahku karena kebetulan memang belum sempat. Tiap kali aku menelpon Kinal pasti pekerjaan yang dibicarakan. Kinal sendiri seperti agak kaget melihat kehadiran Gre di sini. Hmm...mungkin dia kaget kali ya aku bisa terbuka seperti ini pada orang yang baru kukenal. Atau mungkin...ada alasan lain?

"Nay..." panggilku.

"Ya, Ve?"

Aku sempat menarik dan menghembuskan nafas sebelum kulanjutkan pertanyaanku.

"Kamu 'kan sahabatku dari kecil, jadi kamu gak akan bohong sama aku 'kan?"

"Ya engga-lah, Ve. Kenapa aku bohong juga sama kamu."

Aku terdiam. Sempat kuarahkan pandanganku ke arah Gracia yang berada di kamar mandi.

"Apa aku...pernah punya adik sebelumnya?"

Pertanyaan bodoh memang, tapi entah kenapa aku ingin memastikannya sekali lagi.

Kinal tidak menjawab sampai aku mengalihkan kepalaku padanya. Dia memandang ke dalam mataku seolah menyelidiki sesuatu.

"Kamu baik-baik saja, Ve?"

Aku tidak menjawab pertanyaannya.

"Apa bayangan-bayangan itu muncul lagi, Ve?" tanya Kinal lagi.

Bayangan-bayangan yang Kinal maksud adalah halusinasi yang sering nampak sewaktu aku mulai pulih. Selama dua tahun setelah kecelakaan aku sering mimpi buruk dan sering berhalusinasi. Walau aku tak ingat seperti apa kecelakaannya, tapi samar-samar aku mendengar jeritan, rintihan, dan suara ban mobil yang berdecit. Bukan hanya itu, aku juga merasa insecure bahkan saat di kamar tidur sendiri.

Memang hanya siluet yang tidak jelas, tapi cukup mengerikan bagiku. Hampir setiap malam Kinal menemaniku tidur dan hampir setiap malam juga dia terbangun karena aku menjerit saat tidur, sampai akhirnya semua hal itu hilang dengan sendirinya.

"Bukan kok, Nal." Jawabku. Kinal masih memandangiku dengan khawatir.

"Haha...jangan pasang muka gitu ah." Lanjutku disertai senyum tipis. "Aku cuman kepikiran aja."

The Tale Of Two AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang