Authors POV
keesokan harinya, Aleysia berangkat ke kampus bersama sahabatnya. awalnya Dylan ingin kembali ke apartment, namun Kate malah menahannya agar ia tidur dirumah mereka untuk satu malam saja. tentu Dylan langsung menyetujuinya, hitung-hitung menghilangkan rasa rindu setelah dua tahun lamanya.
"jadi kau berkuliah disini?" tanya Dylan dan dijawab dengan sekali anggukan. "baiklah, kalau begitu nanti aku akan menjemputmu. kira-kira kau pulang jam berapa?"
Aleysia tampak menimbang-nimbang sesuatu, "ehm, mungkin sekitar pukul dua? dan sebenarnya aku sudah harus ada di bandara sebelum 3pm, jadi kau tak boleh terlambat!" ucap Aleysia dengan ekspresi mengancam namun Dylan menertawakannya karena menurutnya, ekspresi Aleysia terlihat aneh sekaligus lucu baginya.
"hahaha, wajahmu aneh sekali. tapi untuk apa kau pergi ke bandara? dan tentu saja aku tidak akan terlambat, boss!"
"kau ingin tahu sekali rupanya, hm?" tanya Aleysia sambil terkekeh sendiri. ia pun langsung membuka pintu mobilnya dan segera turun. "da-ah!" ucap Aleysia sambil melambaikan tangannya.
begitu ia membalikkan tubuhnya, mata Aleysia langsung bertemu dengan seorang yang sangat dibencinya. walaupun jaraknya lumayan jauh, Aleysia tau pria itu adalah Shawn. ia sedang berdiri disamping pintu masuk sambil melihat ke arah Aleysia dengan wajah datarnya itu. "what the fuck is he doin."
meski terlihat kesal, gadis bertubuh jangkung itu berjalan melewati Shawn dan tidak menoleh kearahnya sedikitpun.
---
tepat pukul dua, jadwal kampus Aleysia sudah selesai. ia keluar dari kelasnya dan langsung pergi ke arah parkiran untuk mencari sahabatnya, Dylan.
"Al!" teriak Dylan sambil melambai-lambaikan tangannya keluar dari jendela. melihat itu, Aleysia pun berlari kecil kearahnya dan langsung masuk ke dalam mobil. "ah, kau tepat waktu ternyata."
Dylan pun tersenyum, "tentu saja, aku kan selalu menepati janjiku hahaha. jadi kita langsung ke airport?"
"aku harus kembali kerumah untuk mengambil sesuatu. tapi aku tak tahu apa masih ada waktu atau tidak untuk sampai ke airport sebelum pukul tiga." ucap Aleysia dengan wajah khawatirnya. bagaimana ia tak khawatir, Caroline membutuhkan buku yang dipinjamkan pada Aleysia pekan lalu. buku itu sangat penting juga harus untuk dibawa Caroline ke New York dan bodohnya lagi, Aleysia malah lupa mengembalikan dan meninggalkannya dirumah.
"hey, kau tak perlu cemberut seperti itu. kita pasti masih punya waktu untuk kesana." kata Dylan yang mencoba membuat Aleysia tak khawatir.
namun saat mereka sampai di lampu lalu lintas pertama, tiba-tiba mobil Dylan semakin melambat dan terasa berat. "Dylan, mobilmu kenapa?!" tanya Aleysia panik. "sepertinya ada masalah dengan ban mobilku." Ia pun turun dari mobilnya untuk memeriksa apa yang salah dan benar saja, ban belakang mobilnya sudah mengempis.
Dylan langsung memberitahukan Aleysia tentang kondisi ban mobilnya dan hal itu membuat Aleysia semakin panik. "aku bingung, bagaimana aku bisa sampai ke airport tepat waktu kalau begini ceritanya?" ucap Aleysia sambil menahan tangisnya. ia benar-benar akan merasa bersalah jika ia tak mengembalikan buku itu pada Caroline.
"tenang dulu, Al. tapi bagaimana kalau kau naik transportasi umum?" tanya-nya. tapi Aleysia malah menggelengkan kepalanya. kalau seandainya dia pulang dengan transportasi umum, dia pasti akan tetap terlambat karena melihat keadaan kota yang cukup padat hari ini.
sama-sama tidak tahu apa yang harus mereka lakukan sekarang, Aleysia dan Dylan hanya diam dengan pikirannya masing-masing.
namun ketika Aleysia sedang menatap keluar jendela, ia tersentak dan langsung memalingkan wajahnya kedepan saat ia melihat mobil berwarna hitam sedang berhenti tepat disampingnya. detik itu juga, Aleysia langsung menyadari bahwa orang itu adalah Shawn dan ia melihat tepat kearahnya. "cih, mau apa dia sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Too Much [Shawn Mendes]
FanfictionKau tak pernah ingin menunjukkan bahwa kau takut, namun kesendirian terlalu berat untuk kau hadapi sampai kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Meskipun kau terlihat kuat tapi aku tahu kau hampir tidak bisa bertahan. Kadang semuanya terlal...