Aleysia's POV
Coventry adalah kota dimana aku lahir. walaupun bukan kota yang terkenal dan besar seperti london, manchenter atau yang lainnya, aku tidak pernah berniat untuk pindah dari Coventry.
dulu mom pernah mengajakku untuk pindah ke London karena ia akan ada tugas disana dengan jangka waktu yang lama namun tentu saja aku menolaknya. mom terus saja memaksaku tapi untungnya ada Dylan saat itu.
ia tiba-tiba menawarkan diri untuk menjagaku disini selama mom bertugas di London. tentu saja mom langsung menyetujuinya karena mom sangat mempercayain Dylan. terkadang jika Dylan sibuk dengan tugasnya dikampus, maka Caroline lah yang akan menemaniku dirumah.
dua puluh menit waktu berlalu, tak terasa aku dan Dylan sudah sampai di restaurant- yang aku tidak tahu apa namanya ini. kami pun masuk dan segera memesan beberapa snack juga minuman.
"bagaimana dengan LA? apa disana menyenangkan?" tanyaku, membuka pembicaraan.
"lumayan menyenangkan. tapi mungkin jika ada kau disana, pasti akan lebih menyenangkan." ucap Dylan sambil mengedipkan matanya.
"ew! kau tidak berubah ternyata, tetap saja hobi menggoda wanita." ucapku dengan tatapan tajam lalu ia hanya terkekeh pelan mendengar ucapanku. "ah ya, kupikir kau tak ada dirumah tadi." lanjutnya sambil memasukkan beberapa kentang ke dalam mulutnya.
"tentu saja aku ada dirumah. aku sedang tidak ingin pergi ke kampus hari ini." jawabku seadanya.
"why?" tanya Dylan lagi. "ehm, aku sedang tak enak badan." jawabku asal-asalan. toh tidak mungkin aku bilang padanya kalau aku malas ke kampus hanya karena pria aneh itu. dia pasti akan langsung menyerbuku dengan seribu pertanyaan.
"hahahaha apa kau mau tahu sesuatu? kau itu sangat payah untuk berbohong, Al." ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. sialan, bagaimana ia bisa tahu kalau aku memang berbohong?
"atau jangan-jangan karena pria yang kau sebut gila tadi?" tanyanya sambil menggodaku.
"oh Dylan, berhentilah menjadi pria sok tahu. tapi baiklah.. untuk kali ini, kau benar." jawabku pasrah. "tapi aku serius, dia itu benar-benar gila. dari pertama kali aku bertemu dengannya, dia sudah bersikap sangat aneh dan entah aku sial atau apa, dia malah tinggal disebelah rumahku. ya dirumahmu yang dulu." jelasku panjang lebar tapi Dylan malah menertawakanku?!
"kau begitu semangat Al. l-lihatlah, semua orang sedang memerhatikan mu sekarang." ucapnya sambil tak henti-hentinya menertawakanku.
dan benar saja, semua orang melihat kearahku sambil menahan tawa. kurasa pipiku merah padam sekarang, oh betapa malunya aku saat ini.
---
sudah entah berapa lama kami berada disini, aku dan Dylan masih terus bertukar cerita tentang apa saja yang terjadi saat kami tak pernah menghubungi satu sama lain.
namun tiba-tiba pembicaraan kami terpotong saat aku melihat seorang pria berbadan tinggi itu masuk ke dalam restaurant ini. shit, dia lagi?
"ada apa?" tanya Dylan yang langsung menyadari perubahan mimik wajahku. aku sama sekali tidak menjawabnya karena moodku tiba-tiba turun 360 derajat saat melihat pria itu.
Dylan pun mengikuti arah mataku, "apa dia yang kau maksud tadi?" ucap Dylan yang sedikit memajukan kepalabya karena ia tahu kalau pria aneh itu sudah duduk di meja yang ada dibelakang Dylan.
"kau lihat itu, dia memesan tiga botol bir di siang hari begini. aku benar kan? dia sudah tidak waras." aku berbisik kearah Dylan yang sudah berpindah duduk kesampingku dan membuat Dylan berusaha keras menahan tawanya karena bisikanku. "kau lihat lah sekarang, ia sudah hampir menghabiskan semuanya. dasar idiot hahaha.' ucapku lagi dan seketika tawa kami pun pecah.
brak!
aku dan Dylan tersentak saat pria itu tiba-tiba menggebrak meja kami. "Aleysia? ya ya, namamu Aleysia kan? mengapa aku selalu bertemu denganmu, hah???" ucap pria itu sambil meminum minumanku.
"hey, itu minumanku!" tegurku tapi ia malah menertawakanku. mengapa dia bertingkah menyebalkan seperti ini? aku benar-benar pusing dibuatnya. karena tidak biasanya dia banyak berbicara dan bersikap seperti itu didepanku.
aku melihat ke arah Dylan dan yang ia lakukan hanyalah memerhatikan pria bodoh itu. "dia sedikit mabuk." bisik Dylan ditelingaku. "huh! pantas saja dia menjadi menyebalkan."
akupun melihat ke pria aneh- atau yang disebut ibunya 'Shawn' itu lagi tapi ia lagi-lagi terkekeh, "kau membicarakan ku ya? hahaha aku mendengarnya, bodoh. aku- ya kau berbisik pada lelaki disebelahmu inikan?"
aku pun mencoba untuk mengabaikan ucapannya, "kau mau pesan makanan lagi, Dylan?" tanyaku dan Dylan hanya menggeleng singkat.
"oh ayolah, mengapa kalian tidak mengajakku berbicara? dan kau.. bagaimana bisa kau mau dengan wanita jelek dan aneh seperti ini? hahahaha." ucapnya tanpa wajah berdosa sedikitpun.
"apa kau bilang? bisa-bisanya kau berkata seperti itu. apakah ayah dan ibumu tak pernah mengajari sopan santun, hah? kau lah yang jelek dan kau juga lah yang aneh, tuan." ucapku sambil berdiri dan menumpahkan segala kekesalan yang ada didiriku. bisa-bisanya ia mengataiku seperti itu?!
melihat kejadian itu, Dylan langsung menarik lenganku untuk keluar dari restaurant itu. namun mataku tak lepas darinya, ia masih tetap berdiri didekat meja tadi sambil menatapku tajam.
"sudahlah, dia sedang mabuk. jadi buat apa kau bertengkar dengan orang seperti itu, tak ada guna." ucap Dylan mencoba menenangkanku dan akupun masuk ke dalam mobil untuk segera pulang. "jadi kita akan kemana sekarang?" tanya Dylan.
sebenarnya aku ingin sekali berjalan-jalan dengannya hari ini tapi sialan itu telah membuat moodku turun drastis. "kita pulang saja." ucapku, dan akhirnya Dylan pun mengangguk.
"terima kasih karena kau sudah meng-"
*tok tok tok tok tok!*
ucapanku terpotong begitu saja saat seseorang mengetuk jendela mobil dengan keras. aku dan Dylan pun menoleh, "fuck! dia lagi!"
"kau disini saja. biar aku yang keluar, okey?" ucap Dylan dan akupun mengiyakan karena aku sudah muak berurusan dengannya.
terlihat Dylan yang mencoba berbicara dengan Shawn namun pria itu tetap saja mengetuk kaca jendelaku. aku tetap tidak ingin membukanya dan akhirnya Shawn mulai berbicara dengan Dylan.
"suruh dia keluar!"
"aku tidak punya urusan denganmu."
"aku sama sekali tidak bermain-main."
itu lah kata-kata yang kudengar karena suara mereka tidak begitu jelas dari dalam sini.
*tok tok*
bukan Shawn, tapi Dylan lah yang mengetuk jendelaku. aku pun langsung menurunkan kaca jendela ku, "ada apa?"
belum sempat menjawab, tiba-tiba tubuh Dylan didorong oleh Shawn agar menyingkir dari jendelaku.
"entah berapa kali aku harus mengingatkannya padamu, tapi kau tetap saja mengangguku. dan kau harus tahu kalau aku sedang tidak bercanda, Aleysia." ucap Shawn dengan penuh penekanan disetiap kata-katanya.
"aku tidak mengerti maksudmu. kau selalu saja mengancamku layaknya orang jahat. dan kau pikir aku takut dengan semua itu? jawabannya tidak. tidak sama sekali."
ia terdiam beberapa saat lalu tertawa meremehkanku, "kau dan ibumu itu sama saja. dua wanita yang suka sekali mencampuri kehidupan orang lain."
bersambung.
shawnnya kenapa aneh mulu dah? hahaha stay tune terus yaa. ini masih belum ada konflik nya karena masih chapter awal-awal kan yaa..
12 votes + 5 comments for next! xx
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Too Much [Shawn Mendes]
FanfictionKau tak pernah ingin menunjukkan bahwa kau takut, namun kesendirian terlalu berat untuk kau hadapi sampai kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Meskipun kau terlihat kuat tapi aku tahu kau hampir tidak bisa bertahan. Kadang semuanya terlal...