Nilam

1.2K 65 6
                                    

        Nilam membaca buku komiknya sambil mendengarkan lagu di kamarnya. Dia sedang memikirkan Niko yang tadi membentaknya.
          Billa masuk ke kamarnya dan duduk di tepian kasurnya. "Lam? Lo enggak kenapa-kenapa kan ?" Billa melihat mata Nilam yang kosong. Tidak ada respon apapun dari Nilam.
       "Lam! Lam! Lam, lo denger gue enggak sih? Nilam !!"
        "Apaa sih Bil?" Nilam mengerutkan alisnya. Billa mengelus dadanya pertanda kelegaan. "Huuuffftt, gue pikir lo mati!" Nilam menjitak kepala temannya.
Hening beberapa saat. "Lo kenapa Lam? Kok mukannya murung gitu? Terus mata lo kok sembab? Lo abis nangis?" Billa memegang dagu Nilam.
"Gue juga enggak tau Bil! Tiba-tiba gue nangis gitu aja. Padahal gue enggak mau nangis! Dan lo tau enggak apa yang bikin gue nangis tiba-tiba kayak gini?" Billa menaikan kedua bahunya.
Nilam pun menceritakan semua kejadian yang membuat airmatanya jatuh tiba-tiba. Niko penyebab matanya menjadi sembab.
Billa geleng-geleng kepala. "Ck..ck..ck.. Itu cowok bener-bener ya?! Jahat banget dia! Lagian bisa-bisanya dia sedingin itu sama lo! Si .. Siapa tadi namanya ?"
"Niko,"
"Si Niko! Jahat banget dia," Billa benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang sudah Niko lakukan.
Billa tampak memegang sesuatu di tangannya. "Apaan tuh Bil?" Nilam memegang tangan kanan Billa yang sedang memegang sesuatu.
"Oohh, ini! Tadinya gue mau kasihin ke lo! Soalnya ini kan kain bedong lo waktu bayi," ujarnya sambil memberikan sepotong kain berwarna merah muda. Kain itu bergambar teddy bear dengan balon-balon.
Sepotong kain itu yang menjadi saksi bisu akan semua kenangan pahitnya bersama ibunya. Ibu Nilam dikabarkan meninggal. Itu kata neneknya Nilam.
Sedari ia bayi, Nilam tidak pernah ingat atau pun tau wajah ibunya yang sebenarnya.
Tidak ada yang mau mengurus Nilam. Jadi, dia di tinggal oleh neneknya di panti asuhan.
Dan dia selalu bertekad mencari kakak dan juga ibunya. Nilam tidak pernah percaya kalau ibunya sudah meninggal. Dan yang dia tau, dia punya kakak. Neneknya bilang, Nilam punya seorang kakak yang sayang padanya.
Dia tidak tau kabar ayahnya dan dia tidak terlalu tertarik untuk bertemu ayahnya karena nenek bilang, ayahnya sudah menikah.
Informasi-informasi itu ia dapatkan dari Bu Lastri yang pernah berbicara dengan neneknya.
Nilam tidak akan pernah menyerah untuk bertemu dengan kakaknya dan juga ibunya.
Air mata Nilam jatuh membasahi kain bedong itu. Bahunya bergetar. Billa menyadari hal itu.
Ia menarik nafas, lalu membuangnya. "Nilam, udah dong. Jangan nangis lagi ! Masa cuma gara-gara si Niko lo jadi nangis gini sih?" Aku menggeleng.
"Aduuhh,Bil! Gue nangis bukan gara-gara Niko! Sok tau deh lo!" Nilam menghapus airmatanya. "Terus?"
Nilam menarik nafasnya. "Gue tuh kangeeennnn banget sama mama gue dan kakak gue. Gue ingin tau banget mereka ada di mana sekarang. Gue ingin mereka tau kalau anak perempuannya tuh ada disini! Gue ingin kakak gue tau kalau adiknya ada disini! Mencari mereka berdua! Seenggaknya, kalau gue engga tau keberadaan ayah gue, gue bisa tau dimana mama sama kakak gue!"
Billa jadi ikut menangis mendengarnya. "Lo tenang aja Lam. Keluarga lo pasti nyariin lo juga kok! Gue percaya itu! Dan lo juga harus percaya !"

This FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang