Kembali

588 37 3
                                    

         Niko masih diam terpaku di depan pintu kamar pasien rumah sakit jiwa. "Lo tau kan dia siapa. Sekarang, lo masuk ke dalem dan lo sapa dia,"
       "Sus, dia boleh masuk kan?" Azura tersenyum ramah pada suster yang mengantarnya. "Boleh. Tapi, saya harus ikut mengantarnya kedalam. Karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," Azura mengangguk.
         Suster membuka kunci pintu kamar pasien tersebut, lalu mempersilahkan Niko masuk duluan.
         Niko berjalan pelan. Sangat pelan. Seakan tidak percaya akan apa yang diliatnya.
         Niko berjongkok dekat cewek itu dan menyentuh bahunya perlahan.
         "Nisya," ujarnya perlahan. Nisya. Adik Niko yang selama ini dia cari. Yang sudah berpisah dengannya selama berbelas-belas tahun lalu. Kini dia menemukan adiknya dengan keadaan sakit jiwa.
        Cewek itu melihat Niko dengan tatapan ketakutan. "Ka..kamu siapa? Kenapa kamu pegang bahu Nisya? Nisya enggak kenal kamu!" Nisya berdiri dan menjauh.
          Air mata Niko sudah tidak bisa dibendung lagi. Kini, airmatanya jatuh di dinginnya lantai rumah sakit jiwa.
          "Nisya, ini Niko. Kakak kamu," Niko mengusap ujung kepalanya dengan lembut. Lalu memeluknya erat. Seakan tak mau berpisah lagi. Jari Nisya tak henti - hentinya bergerak.
          "Nisya enggak pernah punya kakak! Kakak Nisya hilang! Nisya marah sama Kakak Nisya!! Nisya enggak suka!!" Tiba-tiba dia melepaskan pelukan Niko. Matanya berair.
          "Tapi selama ini kakak juga cari kamu Nisya. Kakak mau kamu kembali. Kakak mau main lagi sama Nisya," Nisya menggeleng sambil menjauh. "Enggak! Kakak Nisya udah pergi! Kakak Nisya enggak peduli lagi sama Nisya!!! Nisya benci kakak Nisya!!!" Serunya. Nisya memukul Niko dengan keras. Niko menangis. Bukan. Bukan karena pukulan Nisya. Tapi karena Nisya yang membencinya.
         "Dan kamu bukan kakak Nisya! Nisya enggak punya kakak! Nisya enggak punya kakak!!!!" Nisya berteriak sambil menutup kedua telingannya.
        Dia mengamuk sambil menangis. Suster langsung menenangkannya dan menuntunnya untuk duduk di tempat tidur. Suster itu memberikan Nisya obat penenang.
          Lama-lama, Nisya melemah. Tubuh Nisya jatuh diatas kasur. Dia tertidur dengan airmata yang masih mengalir.
        Nisya enggak punya kakak....
        Nisya enggak punya kakak....
         Sesekali Nisya mengingau. Ucapan itu membuat hati Niko sakit. "Dia ditemukan oleh polisi di sebuah gedung tak terpakai di daerah desa terpencil. Saat itu dia ketakutan. Waktu itu, dia masih sangat kecil. Mungkin umurnya baru 7 tahun. Belakangan ini, kami baru tau bahwa ternyata dia diculik. Dan saat itu, dia terpisah dari kakaknya. Kadang, saya kasihan dengan Nisya karena dia sudah kehilangan keluarganya. Dan dia mencari kakaknya yang terpisah dengannya,"
        Suster itu bercerita panjang lebar tentang kronolgi kejadian saat menemukan Nisya. Tangisan Niko semakin menjadi. "Jadi, kamu kakaknya ya?" Suster itu melontarkan pertanyaan yang dijawab dengan anggukan oleh Niko.
        "Mungkin, dia belum bisa menerima kamu sebagai kakaknya. Lagi pula, ini kali pertama kamu bertemu dengan dia. Dia masih shock. Mungkin, dia belum bisa menghilangakan ingatannya tentang kejadian waktu itu,"
        "Terus berusaha untuk mendapatkan hati adikmu. Walaupun jiwanya tergangu, dia pasti tau, kalau kakaknya mencari dan menyayanginya. Ingat. Dia juga punya hati,"  suster menepuk bahu Niko dan tersenyum. "Makasih ya suster," Niko tersenyum paksa.
          Niko melihat Nisya dengan tatapan sedih. Azura berjalan mendekati Niko. Niko menutup wajahnua dengan kedua tangan.
          "Lo enggak perlu sedih Nik. Dia adik lo. Lo harus berusaha buat dapetin hatinya. Dia punya perasaan Nik. Lo harus berusaha lebih keras," Azura menepuk-nepuk bahu Niko perlahan.
          Niko tersenyum tulus pada Azura. Sudah lama sekali Azura tidak pernah malihat Niko tersenyum dengan tulus seperti ini. "Makasih ya Ra. Lo udah ngasih tau informasi ini ke gue. Jadi gue bisa ketemu sama Nisya," Azura tersenyum lebar. "Gue sahabat kecil lo. Gue bakal bantuin lo sebisa gue," Azura memeluk Niko yang mungkin sekarang keadaanya sedang kacau.

This FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang