Nilam dan Billa kini sedang makan siang. Nilam menyuapi Billa yang terbaring. Bu Lastri sedang pergi ke panti untuk menjaga anak-anak panti lainnya.
Pintu terbuka. Seorang suster masuk kedalam dan memanggil Nilam. "Dengan nona Nilam?" Nilam berbalik dan tersenyum. "Iya, Ada apa ya?"
"Maaf. Anda harus mencicil biaya rumah sakitnya," Nilam membentuk mulutnya menjadi huruf O. "Oohh, ehh .. Ehm.. Ok. Saya kesana 5 menit lagi," suster itu mengangguk sambil meninggalkan Nilam dan Billa.
"Lam, maafin gue ya. Gue udah nyusahin lo sampe-sampe lo harus kerja demi biaya rumah sakit gue. Maaf banget gue enggak bisa bantu lo," Billa menangis penuh penyesalan. Nilam tersenyum hangat. "Bill, enggak apa-apa kok! Lo tuh enggak nyusahin gue! Lagian, gue tuh kerja buat gue juga,"
Nilam memeluk Billa dengan penuh kasih sayang. "Udah ah! Gue mau bayar dulu!" Nilam pergi meninggalkan Billa sendirian didalam kamar rumah sakit. Billa tersenyum bangga.
"Lima ratus ribu rupiah ya," Nilam mengeluarkan uangnya. Gaji pertamannya yang hanya berkisar satu jutaan, kini tinggal separuh. Uang itu dihitung kembali oleh suster.
"Terimakasih," suster tersenyum pada Nilam yang dijawab anggukan oleh Nilam. Segera dia pergi dari ruang administrasi. Menuju ke kamar Billa.
TING!!
Handponenya berdering. LINE dari Azura memenuhi ruang chatnya.
Azura : Lam, lo mau temenin gue enggak ? Kita perhi ke rumah sakit jiwa
Azura : *pergi. Typo :v
Nilam tersenyum lebar.
Nilam : ok! BTW, kita mau jenguk siapa ke sana ?"
Azura : si Niko mau jenguk adiknya ke sana. Lo mau ikut enggak ? Sekalian bantuin gue nyari hadiah buat Nisya. Adiknya si Niko
Nilam : sip! Nanti kita ketemuan di mana ?
Azura : lo dimana sekarang ? Gue jemput lo aja deh! Biar cepet!
Nilam : gue lagi di rumah sakit Medical City. Kakak kesini aja
Azura : ok! Jam 4 sore gue kesana
Nilam mengunci handphonenya dan memasukannya kedalam saku celana. "Satu jam lagi Kak Azura dateng!" Nilam mempercepat jalannya.
Billa terlihat senang melihat Nilam kembali. "Bill, jam 4 nanti gue mau pergi. Lo mau dibeliin apa sama gue sebelum gue pergi ?" Tanya Nilam sambil mengambil baju dari koper. "Mau pergi kemana lagi sih lo? Ninggalin gue mulu kerjaannya!" Seketika Nilam berhenti mencari baju di koper. Lalu menghembuskan nafas berat.
Nilam berbalik badan dan tersenyum menyesal. "Gue bukannya mau ninggalin lo Bil. Gue cuma mau pergi sebentar kok. Enggak apa-apa kan ya? Jangan marah dong!"
"Gue enggak mara kok Lam! Tenang aja. Lebay banget sih lo! Gue cuma bercandaaa," Nilam mengepalkan tangannya.
Billa tertawa renyah. "Udah ah! Gue mau mandi dulu!" Nilam berjalan menuju kamar mandi.
***
"Halo Kak Azura! Kakak dimana?" Nilam mengangkat telepon Azura. "Gue yang harusnya nanya! Lo dimana? Gue udah di dalem rumah sakit,"
Nilam terkekeh. "Gue di kamar lavender nomor 107," Azura mengangguk walaupun sebenarnya dia tau Nilam tidak bisa melihatnya. "Ya udah. Gue kesana," segera Azura berjalan cepat.
Tak lama, Nilam mendapati Azura sedang celingukan mencari kamar lavender nomor 107. "Kak Azura!" Panggil Nilam tidak terlalu keras. Azura menengok cepat dan berlari kecil.
"Hai!" Nilam menjawab dengan senyuman. "Lo ngapain disini? Siapa yang sakit? Boleh gue masuk?" Nilam tertawa. "Kak! Lo tuh nanya enggak ada remnya ya! Satu-satu dong! Bingung gue jawab yang mana dulu," Azura jadi ikut tertawa. "Oke. Pertanyaan yang pertama jawabannya gue lagi nungguin sahabat gue yang lagi sakit. Pertanya kedua, jawabannya gue lagi nemenin sahabat gue. Dan yang ketiga, kaka boleh masuk,"
Tanpa ba-bi-bu lagi, mereka berdua masuk. "Billa! Gue ajak temen gue kesini ya," Billa tersenyum ramah melihat Azura datang. Azura pun melakukan hal yang sama. "Hai!" Sapanya sambil menjulurkan tangannya. "Gue Azura." Billa menjabat uluran tangan Azura. "Gue Billa,"
"Bil, dia tuh kakak kelas gue. Satu sekolah sama gue juga," Billa memgangguk paham. "Yaudah, gue enggak bisa lama-lama disini Bil. Kita pergi dulu ya Bil! Dadah," Azura melambaikan tangannya.
***
Niko sudah berada di dalam kamar Nisya. "Sya, kita main yuk! Kita main bola," ajak Niko sambil mengambil bola yang ada disekitar tubuh Niko. "Nisya .. Nisya enggak mau main bola! Nisya mau main boneka aja!" Nisya cemberut. "Aduh, gimana ya Sya? Kakak enggak punya boneka! Gimana dong?" Nisya menggembungkan pipinya. "Pokoknya Nisya mau main boneka sama kamu!" Rengek Nisya. Sekarang dia seperti anak kecil. Padahal, kalau dia normal seharusnya dia sudah SMA kelas 1.
Pintu kamar terbuka. Azura dan Nilam datang sambil membawa kado ukuran besar. Kado itu dibungkus dengan kertas kado. "Hai Nisya! Kita bawain hadiah buat kamu loh!" Azura memberikan Nisya hadiah yang dia bawa dengan susah payah karena lumayan besar.
Wajah Nisya langsung berubah 180 derajat. Kebahagian terpancar dari wajahnya. "Aku mau!! Aku mau hadiah!!" Seru Nisya kesenangan. Nisya langsung berlari dan merebut hadiahnya dari tangan Azura dengan cepat. Nilam tersenyum melihat Nisya yang kegirangan.
Segera dia menyobek kertas kado dan menemukan sebuah boneka teddy bear besar warna coklat. "Waahh!! Bagus banget!!! Makasih kakak cantik!!!" Azura tersipu. "Kamu siapa? Kenapa kamu sama kakak cantik?" Nisya memiringkan kepalanya kearah Nilam. "Aku Nilam. Temennya Kak Azura sama Kak Niko," Nisya mengangguk sambil membentuk huruf O pada bibirnya. Jarinya masih tidak mau berhenti bergerak.
Ternyata, masih ada cinta yang tulus dari hati. Selain pacaran. Pacaran bukan simbol cinta. Tapi keluarga, ada simbol cinta yang sebenernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feelings
Teen FictionNilam (16) Gadis yang kehilangan ibu dan ayahnya sejak ia hadir di bumi. Orang tuanya pergi entah kemana. Meninggalkan berjuta perih di hati Nilam. Orang-orang mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal. Ia tidak pernah mengenal orang tuanya. Tapi dia...