Setelah kejadian yang ngebaperin siang tadi, Nilam berjalan perlahan-lahan sambil senyum-senyum sendiri. Ok. Hari ini dia bener-bener mirip orang blo'on.
Misya tak sengaja lewat di samping Nilam ke arah yang berlawanan.
Seketika, Misya terkejut melihat hal itu. Lebih tepatnya, melihat tingkah bodoh sahabatnya.
"Lam!" Panggilnya agak berteriak. "Lam? Lam? Lam? Lam?" Ternyata usaha Misya sia-sia. Nilam sama sekali tidak mendengar apa pun dari Misya.
Misya menabok punggun Nilam lumayan keras. "Aw!! Sakit!!" Nilam langsung berbalik melihat orang yang sudah menabok punggungnya dengan agak keras.
"Misya! Lo kenapa mukul gue? Pantat kebo!" Nilam meledek Misya. "Wleee, dari pada lo! Kutil dugong!" Balas Misya sambil menjulurkan lidahnya.
"Pantat kuali!"
"Cacing kremi!"
"Patung pancoran!"
"Daki valak!"
Tawa mereka berderai. Nilam tidak jadi marah dan menegur Misya karena ucapannya yang konyol.
"Lagian! Lo kenapa jadi ketawa-ketawa enggak jelas gitu sih? Serem tau liatnya,"
Nilam menceritakan semua kisah baper maksimalnya pada Misya.
"Aw," satu kata itu mampu membuat Nilam terbahak. Misya mengatakan hal itu dengan nada genit yang membuat orang lain jijik.
"Tunggu! Biar gue tebak! Lo pasti mulai agak deket kan sama Kak Niko?" Nilam tersenyum malu-malu.
"Ciaaaaaa!!!! Muka lo merah ciaaaaaa!!!" Teriak Misya tiba-tiba. "Ish! Lo tuh apaan sih Sya! Malu tuh diliatin orang-orang!!" Misya langsung menutup mulutnya.
Mereka tertawa pelan. "Eh, hari ini kita ke restoran Kak Niko lagi yuk!" Ajakan Misya langsung Nilam setujui.
Pulang sekolah, Niko tidak bisa langsung pergi ke restoran karena terjebak hujan. Terpaksa dia mununggu hujan reda. Bis pun tidak kunjung datang.
Berkali-kali Niko melirik jam tangannya. Ia sudah terlambat untuk pergi ke restoran.
Nilam sedang berlari menuju halte. Tempat paling aman untuk berteduh. Tadinya Misya dan Nilam ingin pergi ke restoran Niko. Tapi, hujan menghadang dan Misya sudah diantar pulang oleh papanya.
Nilam mendapati Niko sedang duduk dengan wajah tidak tenang. Kakinya tidak berhenti bergerak. Lantas, Nilam segera menghampiri Niko dengan gaya khasnya.
"Hai Kak Niko!" Sapanya dengan ceria. "Kak Niko kenapa? Kok belom pulang? Oh,ya! Kakak kan sekarang kerja!"
Niko tidak menghiraukan Nilam. Nilam yang sudah biasa diperlakukan seperti itu jadi ingin tertawa.
"Kakak pasti telat ke restoran. Aku enggak bawa payung! Gimana ya?" Nilam berakting seolah dia sedang berfikir. Ia menopang dagunya.
Tiba-tiba, senyuman nakal Nilam muncul. "Okey! Dari pada kita nunggu berjam-jam disini. Dan kakak juga udah terlambat ke restoran, mending kita hujan-hujanan aja!" Nilam menarik tangan Niko dengan paksa.
"Woy! Jangan tarik gue woy! NILAM!!! LEPASIN GUE!!!" Seru Niko. Kini, Nilam dan Niko sudah berada di tengah hujan.
Nilam berputar-putar sambil merentangkan tangannya. Kepalanya mendongak keatas dan merasakan tetesan air jatuh mengenai wajahnya.
Niko menatap aneh pada Nilam yang kelihatan bahagia.
DEG!
Gue kenapa? Kok perasaan gue jadi enggak karuan gini sih?! Gue kenapa?!! Perasaan ini tuh, perasaan yang baru pertama kali gue rasain seumur hidup! Dan rasanya ...... Argh! Gue bingung!
Nilam tersenyum melihat Niko dengan muka cengok nya. "Kakak kenapa? Ayo sini! Kita main aja," segera Nilam menarik tangan Niko dan mengajaknya berputar-putar sambil bergandengan tangan.
Setelah puas, Nilam dan Niko langsung pergi ke restoran.
Mereka masuk ke ruangan karyawan. "Lo tunggu sini enggak napa-napa kan?" Niko membuka pintu. Badan Nilam menggigil. "Iy..iya kak.. Enggak apa-ap..a kok," Niko mulai iba melihatnya.
"Lo masuk!" Perintah Niko. Nilam langsung masuk ke ruang karyawan karena diluar sangat dingin.
Niko membuka lokernya. Seingatnya, masih ada kaos yang waktu itu dia bawa kesini. Lengkap dengan celannya. "Nih, lo pake baju ini dulu," kata Niko sambil memberikannya pakaian. "Makasih Kak Niko," Nilam langsung masuk ke toilet dan berganti baju.
Sementara itu, Niko masuk ke ruang ganti karyawan dan mengganti seragam basahnya dengan seragam restoran.
Nilam keluar dari kamar mandi dengan baju yang kebesaran. Kepanjangan pula!
"Baju kakak gede banget sih! Kayak tembok cina!" Ledek Nilam. Tapi Niko tak memedulikan hal itu.
"Mendingan sekarang lo pulang aja sana! Dari pada ganggu gue disini!" Nilam tersenyum lalu menganggu. "Ok! Dadah kakak! Sampai ketemu besok,"
Pintu ruang karyawan terbuka dan Nilam keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feelings
Teen FictionNilam (16) Gadis yang kehilangan ibu dan ayahnya sejak ia hadir di bumi. Orang tuanya pergi entah kemana. Meninggalkan berjuta perih di hati Nilam. Orang-orang mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal. Ia tidak pernah mengenal orang tuanya. Tapi dia...