"Kita masih ada Lam," Nilam menganga. Nilam berjalan perlahan menuju ranjang tempat wanita itu berbaring. Matanya membendung air. "Mama," Nilam memeluk ibunya erat. Ibunya kembali. Setelah lama tak kembali dan hilang dari hidupnya, kini dia kembali.
"Mama sakit setelah putus asa buat nyari lo! Mama kangen banget sama lo. Dia udah capek nyariin lo sampe-sampe dia kayak gini. Dan sekarang, lo balik. Tapi mama lagi sakit,"
Nilam menangis sekeras-kerasnya. "Berarti lo kakak gue?" Noval mengangguk sambil tersenyum. "Ya. Gue kakak kandung lo," Noval memeluk Nilam dengan hangat. Ia rindung dengan pelukan hangan itu.
"Kata dokter, mama bentar lagi boleh pulang ke rumah. Sekarang, dia cuka lagi tidur kok. Tadi abis makan," Noval mengelus rambut adik tersayangnya. Nilam
Melepas pelukannya dari mama dan beralih ke Noval. "Kak, gue enggak tau apa gue udah dosa apa enggak sama mama. Gue penyebab mama kayak gini!" Noval memeluk kembali Nilam. "Lo enggak perlu merasa bersalah gitu dong! Mana Nilam yang gue kenal? Nilam, lo tuh anak yang paling mama sayang,"
"Ada apa Nov..." Mata mama perlahan melebar. "Nilam!" Seru mama. Nilam tersenyum kaku. "Nilam, kamu sejak kapan ada disini nak?" Pelukan mama menghangatkan hati Nilam. "Aku baru tau mama ada disini dari Kak Noval. Dia yang anter aku kesini," Noval mengangguk sambil tersenyum manis.
"Ma, maafin Nilam ya! Nilam udah bikin mama kayak gini. Harusnya Nilam ada saat mama kayak gini!" Mama menggelengkan kepalanya. "Sayang, ini bukan salah kamu. Lagian, yang penting kan mama udah ketemu sama kamu,"
Nilam memeluk mama lebih erat lagi. Seakan tak mau berpisah lagi. "Ngomong-ngomong, papa mana ma?" Mama menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya kembali. "Papa kamu masuk penjara karena di tuduh korupsi. Dia mengkorupsi uang perusahaan tempat dia kerja,"
Nilam kaget bukan main. "Pa.. Papa dipenjara?! Dia korupsi?!" Mama memgangguk mantap. "Yah, mama memang sudah menduga kalau hasil papa kamu itu uang haram," Noval mengambil kursi dan duduk di sebelah Nilam. "Udah, lo enggak usah mikirin papa lagi! Dia tuh udah jahat dari dulu sama kita. Jadi buat apa kita mikirin dia lagi?"
"Toh, kita lebih bahagia bertiga kan? Dari pada hidup dengan papa dan uang haramnya?" Nilam tersenyum lalu mengangguk. "Kamu lagi ngapain disini Nilam?"
"Oh, jadi aku itu lagi nemenin sahabat aku ma! Namanya Billa. Dia yang sahabat aku yang paliingg baik selama aku ada di panti,"
"Boleh mama kesana?" Nilam mengangguk mantap. Noval lansung mengambilkan kursi roda di pojok ruangan, lalu membantu mama untuk duduk di atasnya. Nilam mendorong infus mama.
Sebuah pintu besar terpampang di depan mata mereka. Kamar Billa. Nilam membuka pintu dengan semangat. "Hai Billa!" Sapa Nilam sambil mendorong mama. "Hai Nil...." Billa menaikan sebelah alisnya. "Ini siapa Lam?" Nilam tertawa kecil. "Ini mama gue Bil!" Mata Billa membulat. "Ma .. Mama lo?" Nilam mengangguk cepat. "Iya! Dan ini Noval. Kakak gue,"
Mereka berpelukan. "Hai tante," sapa Azura pada Mama Nilam," Mama Nilam tersenyum lebar. "Halo juga,"
Azura tersenyum pada Noval. Pintu terbuka kembali. Bu Lastri masuk. Semua melirik padanya. "Ah, selamat siang ibu," sapa Bu Lastri hangat. "Selama siang,"
Mereka mengobrol dengan asyiknya. Bu Lastri duduk di sofa. Menghadap pada kursi roda Mama Nilam. Sementara Billa,Nilam,Noval dan Azura mengobrol ria.
Seusai Bu Lastri dan Mama Nilam bicara, wajah mereka tampak bahagia. "Wah, ada apa nih? Kok mukanya seneng gitu?" Mereka berdua saling adu pandang.
"Mama mau bayarin biaya rumah sakitnya Billa," Billa menganga. "Ta.. Tante yakin? Biayanya mahal banget lo tante!" Reina, Mama Nilam tertawa kecil. "Enggak apa-apa sayang. Anggap aja ini sebagai tanda terimakasih tante karena kamu sudah mau jadi sahabat terbaik Nilam. Oh! Kamu juga udah jagain Nilam," Billa menangis.
Reina heran. "Kamu kenapa sayang? Kok nangis?" Billa menggeleng sambil mengusap air matanya. "Aku cuma terharu aja tante. Tante rela keluarin uang tante demi aku. Padahal aku elum pernah kenal sama sekali sama tante,"
Semua tersenyum melihat kejadian itu. "Kamu enggak perlu sampe nangis gitu Billa. Tante melakukan ini karena tante sayang sama kamu,"
Mereka berdua berpelukan. "Kamu juga bisa tinggal di rumah tante. Mulai sekarang dan selamanya, kamu enggak usah panggil saya tante lagi. Kamu panggil tante sebagai mama kamu,"
Kebahagian terpancar di sana. Suasan sedih tapi mengharukan menguasai seluruh ruangan rumah sakit. Indah ...
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feelings
Teen FictionNilam (16) Gadis yang kehilangan ibu dan ayahnya sejak ia hadir di bumi. Orang tuanya pergi entah kemana. Meninggalkan berjuta perih di hati Nilam. Orang-orang mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal. Ia tidak pernah mengenal orang tuanya. Tapi dia...