:'(

633 44 2
                                    

Sesampainya di cafe, Billa menatap mata Nilam. "Kenapa lo? Gue cantik? Diliatin mulu!" Senyuman di bibir Billa langsung memudar. Berganti dengan raut wajah flat.
"Udah ah! Buruan sana! Kasian tuh! Dika pujaan hati lo udah nunggu!" Billa tertawa lalu keluar. Nilam membaca buku novel yang ternyata tertinggal di mobil Bu Lastri.
Karena merasa bosan, Nilam keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam Mall. Yup! Cafe yang di kunjungi Billa berada di dalam sebuah Mall di Jakarta.
"What?!! Lagi diskon!!! Gue harus beli! Harus beli!!!" Seru Nilam si ratu diskon setelah melihat price tag sepatu yang ia pegang.
Setelah mencari nomor yang pas, Nilam segera membawa sepatu itu ke kasir dan membayarnya.
Nilam berjalan sambil membawa tas kertas berisi sepatu yang dia beli.
Handphone di saku celanya bergetar. Billa menelepon Nilam. "Si Billa nelepon gue ? Dia kan lagi sama pacarnya. Ada apa ya? Mau ngajak gue makan sama dia apa ? Hahaha," Nilam mengangkat teleponnya.
"Halo!! Lo kenapa nelepon gue kutil? Lo kan lagi sama pacar lo!" Nilam bercanda dengan gaya khasnya. Garing. "Nil, cepet lo ke mobil. Kita pulang sekarang,"
Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Billa dari seberang telepon. Dan bersamaan dengan itu, telepon diputus.
Nilam mengerutkan dahi. "Billa kenapa ya?" Nilam langsung berjalan cepat menuju parkiran.
Nilam menemukan Billa yang sedang menangis sambil memegangi dadanya. "Bil? Lo kenapa Bil?! Billa!" Billa memeluk Nilam tiba-tiba. Nilam membalas pelukan Billa. "Ayo kita pulang sekarang," Nilam buru-buru membukakan pintu untuk Billa dan segera tancap gas menuju panti.
Di perjalanan, Billa sesak nafas sambil mengeluh sakit di dadanya. "Aduh, Bil! Kita ke rumah sakit aja ya! Gue khawatir lo kenapa-kenapa," Billa menangis kesakitan. Nilam putar balik menuju rumah sakit terdekat.
Sesampainya mereka berdua di rumah sakit, Nilam meminta para suster untuk mengeluarkan Billa dari mobil.
Ranjang beroda itu membawa Billa masuk ke ruang IGD. "Mbak tunggu diluar ya," salah satu suster menahan Nilam diluar.
Nilam duduk di kursi tunggu dengan tidak tenang. Sesekali dia berdiri dan mondar-mandir.
Telepon Nilam kembali berdering.
Bu Lastri!!!
Nilam berseru dalam hati. Ia mengigit bibir bawahnya. "Gue harus jawab apa sama Bu Lastri?!" Nilam menyentuh tanda berawarna hijau untuk mengangkat telepon.
"Ha..halo bu," Suara Nilam bergetar. "Halo Nilam. Kamu dimana sayang? Kok belum pulang? Billa kemana? Ibu mah ngomong sama dia bisa enggak?" Kaki Nilam lemas. Nilam terduduk di kursi.
"Euhh, bu. Ki..kita sebenernya lagi ...." Nilam berhenti bicara dan menghirup udara. "Kita lagi di rumah sakit bu," jawab Nilam dengan suara bergetar dan pelan. "Kalian di rumah sakit?! Ada apa sayang?" Bu Lastri tampak cemas mendengarnya. "Ibu sebaiknya langsung ke sini aja deh. Biar aku jelasin apa yang terjadi," Nilam memberitaukan Bu Lastri alamat rumah sakit yang harus dituju Bu Lastri.
          Dokter keluar dengan raut wajah lelah. "Dok, gimana temen saya? Dia enggak apa-apa kan?" Nilam bangkit. "Temen kamu jantungnya kumat. Dia kayaknya lagi agak stress. Jadi, saya sarankan supaya dia dikasih semangat. Ya?"
Nilam mengangguk. "Saya tinggal ya," dokter itu meninggalkan Nilam yang masih berdiri terpaku.
"Billa, lo tuh kenapa sih sebenernya? Lo belum sempet cerita tentang masalah lo ke gue. Lo tuh kenapa sih?" Nilam mengusap pipi Billa dengan lembut.
Pintu IGD terbuka. Bu Lastri!

This FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang