Diam

572 36 3
                                    

Diperjalanan pulang, Niko memakan snacknya. Handphonenya berdering. Sejurus kemudian, dia mengangkatnya.
"Halo? Maaf. Ini siapa ya?" Niko menggaruk kepalanya.
"Nik! Ini Azura. cepet lo ke rumah sakit jiwa sekarang!!" Azura berteriak di telepon.
"Ngapain gue kesana?!!" Niko mebulatkan matanya. "Aduuhh!! Enggak da waktu buat jelasin!! Alamatnya nanti gue kirim!! Buruan!!"
        Azura mematikan teleponnya duluan. Niko berlari lumayan cepat. Menunggu bis di halte terdekat. Saat bis datang, Niko buru-buru masuk menyelinap melewati orang-orang yang berdesakan.
          Niko mengecek handphone dan membuka SMS. "Jalan manggis nomor 134" ucapnya. Niko sibuk menyisir pandangannya kesana-sini supaya bisa menemukan alamat yang dituju.
         "Niko!!" Panggil seseorang dari kejauhan. Azura melambaikan tangannya. Niko berlari menghampiri Azura.
          Dengan nafas terengah, Niko membungkuk. "A... Azura! Hah,lo hah.. Ngapain hah.. Nyuruh gue .. Ke.. Sini?" Tanya Niko terbata.
        Bukannya menjawab pertanya Niko, Azura malah menarik tangan Niko untuk masuk kedalam rumah sakit jiwa.
          Mereka berdua diantar oleh seorang suster. Mungkin, takut para pasien di rumah sakit jiwa mengamuk dan memakan mereka berdua.
         Ini kenapa jadi novel thriller??!!
          Mereka bertiga berhenti disalah satu kamar. Dengan kaca di pintu itu, mereka bisa melihat pasien dari luar.
           Seorang cewek remaja seumuran Nilam sedang duduk di pojokan ruangan. Melipat kakinya. Rambut wanita itu acak-acakan. Seperti belum pernah keramas selama satu tahun. Tatapannya seperti ingin menerkam. Ketakutan.
          Niko diam. Membisu. Tidak tau harus bicara apa. Mulutnya seolah dijahit oleh ribuan benang.
         "Lo kenal dia kan?" Azura menunjuk cewek itu. Niko tidak bisa merespon apapun dari Azura. Badannya tidak bergerak sama sekali dari tempat dia berdiri.
          Nafasnya yang tadi terputus-putus, kini malah terhenti. Jantungnya berdetak lebih cepat. Bendungan airmatanya memenuhi kelopak mata.
            Tangannya bergetar sambil menyentuh kaca di pintu. "G....gu..gu..gue ... Ken...kenal s..s..s..sama dia," suaranya bergetar.
        Raut wajahnya seolah mengarakan kalau dia shock. Sangat!
      Azura menggoyangkan pundak cowok itu. "Nik? Nik? Niko?" Panggilnya beberapa kali. Tapi Niko sama sekali tidak merespon apapun.
          "Gue tau siapa dia,"

This FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang