Sìp Kâo

3.6K 283 11
                                    

"Aku rindu kamu, lebih dari yang kamu tahu."

Adyestha Ferdiansyah Phiterz

- - -

"Hai, Jeeeng. Apa kabar? Ya ampun, udah lama banget kita gak ketemu!"

Sheilin dan Haris meringis malu kala mendengar suara cempreng mamanya yang kini sedang berpelukan dan cipika-cipiki dengan teman lamanya. Sedangkan papanya sedang berhighfive dengan seorang pria yang kata kedua orangtuanya bernama Elfredo di depan pintu megah kediaman keluarga Elfredo yang berwarna serba putih dan krem pastel.

Apes memang. Mereka berdua jadi ikut terseret ke rumah megah bak kastel di daerah Cibubur ini. Padahal niatnya, Haris ingin mengajak Chelsea kencan. Dan Sheilin berniat membeli kartu perdana baru supaya Adyestha berhenti menerornya dengan membom-chat semua akun chatting dan sosial media Sheilin, lalu menghubungi Hera yang akan menetap di Singapura, memohon kepada Hera agar tetap tinggal di Jakarta supaya ia tidak duduk sebangku dengan Fredrick lagi.

"Bunda ... "

Anak laki-laki berlesung pipit di pipi kanannya memeluk pinggang Agnes, teman mama Sheilin, secara tiba-tiba.

Ah, melihat bocah itu, Sheilin jadi ingat Adyestha. Laki-laki yang juga memiliki lesung pipit di salah satu pipinya.

"Itu siapa, Bun?" tanyanya. Bersembunyi malu-malu di balik tubuh bundanya.

Agnes mengusap rambut anaknya, lalu menggendongnya. "Ini temen lama bunda, Sayang. Ayo ... sekarang Charles kenalan."

Agnes membimbing tangan mungil milik anaknya untuk berkenalan.

"Haiii, Charles. Tante, Tante Sintha."

"Aku Chales."

Sheilin terkekeh pelan ketika mendengar Charles yang tidak bisa mengucapkan namanya dengan baik. Sheilin jadi ingat ketika ia masih kecil, ia juga tidak bisa mengucapkan namanya dengan baik karena ia tidak dapat mengeja huruf 's' dan 'r' dengan benar.

"Om, Om Fandi," kata Fandi memperkenalkan diri.

"Hai, Bocah Kecil. Kakak namanya Haris."

Charles tertawa geli mendengarnya. "Mirip Kak Adi, Bun."

Agnes mendengus geli. Sepertinya, semua remaja laki-laki memiliki gayanya sendiri saat berbicara dengan anak kecil.

"Kakak namanya siapa?" tanya Charles kepada Sheilin.

Sheilin tersenyum. "Nama aku Sheilin."

Charles mengembangkan senyumnya, sehingga lubang di pipi kanannya terlihat. "Chales pernah liat nama itu di hp Kak Adi, Bun."

Adi?

"Ah, masa sih?"

"Iya, Bun!"

Agnes hanya menggelengkan kepalanya. Kemudian beralih pada tamunya yang dibiarkan berdiri di depan pintu rumahnya. "Ayo, masuk. Gue mau cerita banyak ke lo, Sin!"

Sheilin dan Haris mengikuti mamanya, lalu duduk di sofa panjang nan lembut di ruang tamu megah bergaya Prancis ini. Lampu gantung super mewah menggantung dengan indahnya di langit-langit ruang tamu yang menyatu dengan mini bar, ruang makan, dan dapur bersih. Sheilin yakin, rumah ini sengaja dibuat terbuka tanpa sekat agar mendapatkan kesan luas --padahal rumah ini sudah sangat luas. Ketika melihat ke luar melalui pintu kaca yang ada di ruangan ini, Sheilin bisa melihat air terjun kecil di tepi kolam renang yang di desain sangat apik dan cerdik.

Your Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang