Bpàet

4.5K 258 7
                                    

I want to be the one you remember.

5 Seconds of Summer - Vapor

- - -

"Demi apa--LO BERUNTUNG, SHEEEI!"

Sheilin segera menutup telinganya dengan telapak tangan saat Hera berteriak heboh di dalam Kafe Pelangi. Huh, bisa-bisa gendang telinganya pecah!

Lagi pula, sepulang sekolah ini, Kafe Pelangi sedang ramai-ramainya dikunjungi oleh para pengunjung, terutama remaja. Para remaja yang memang berniat mengisi perut kosong mereka yang sudah terkuras habis oleh pelajaran di sekolah, remaja yang hanya beli segelas minuman tapi nongkrong lama demi wifi gratis, dan ada pula remaja yang sengaja datang karena kafe ini milik Ibunya Adyestha, hoki-hoki mereka ketemu dengan Caltharifan untuk cuci mata, atau bahkan, bisa melihat dan mendengar Adyestha memainkan gitar di panggung kecil di kafe ini.

"Shei! Lo bisa masuk Guinness World Records sebagai wanita pertama yang dapat berdialog panjang dengan Adyestha Phiterz!" samber Monica tak kalah hebohnya.

"Inget, Shei, inget, A-DY-YES-THA! Adyestha Fedriansyah Phiterz! Anak seorang pengusaha sukses di Indonesia, pemilik perusahaan besar di Jakarta, dan pemegang saham terbesar Apartemen dan Hotel ternama di Jakarta!" huh, kesensuspendudukan Hera mulai muncul. Sepertinya, perempuan itu seorang agen rahasia yang sedang bertugas mencari informasi untuk mengetahui kehidupan, silsilah keluarga, dan seluk-beluk beberapa orang terkenal di dunianya.

Sheilin memutar bola matanya.

"Dia memang keren ... ," gumam Vasya. Mulai membayangkan betapa bahagianya dia bila ada di posisi Sheilin tadi.

Sheilin mendengus. Lalu beranjak dari kursi. "Toilet bentar," izinnya.

"Yah, gak seru niiih." Monica menyoraki Sheilin.

Sheilin tidak mengindahkannya, ia langsung pergi ke toilet. Sungguh, ia sudah tidak tahan lagi!

Sheilin menghembuskan napas lega saat rasa kebeletnya sudah hilang. Setelah mencuci tangan, Sheilin keluar dari toilet wanita sambil merapikan seragam sekolahnya tanpa melihat jalan.

BRUK. DUG.

Betapa apesnya Sheilin hari ini. Sudah menabrak bahu lebar seseorang, kepalanya pakai terbentur dinding di sampingnya pula.

"Sori," ucap orang di hadapannya datar tanpa emosi.

"Aduuuh, emang lo pikir badan gue ini tong sampah yang bisa ditabrak seenaknya aja, apa?" omel Sheilin. Wajahnya mulai memerah, menahan emosi ketika melihat wajah laki-laki di hadapannya sedang melihatnya tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Bukan gue yang nabrak, tapi lo."

Wajah Sheilin bertambah merah. Kini rasa malu mulai merasuki dirinya. Sheilin mengucap sumpah serapah untuk laki-laki berjaket biru itu dalam hati.

"Tapi kepala gue yang kebentur dinding!" Sheilin menggerutu. "Sakit tau!"

"Sori," kata laki-laki itu lagi. Lalu ia terkekeh hambar. "Kenapa jadi gue yang minta maaf ya? Seharusnya 'kan, lo. "

Mata Sheilin melotot. Laki-laki itu melontarkan kalimat tersebut dengan tajam. Sungguh, Sheilin tidak suka itu.

Sheilin menatap tajam laki-laki berjaket biru itu. Namun matanya malah terfokus pada guratan tipis di kening laki-laki itu. Sheilin mundur selangkah akibat kaget karena melihat laki-laki itu tercekat dan menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Laki-laki itu langsung berlalu dari hadapan Sheilin dan masuk ke dalam toilet pria. Meninggalkan Sheilin yang masih kaget bercampur kesal.

Sheilin menghembuskan napas panjang sebelum kembali ke meja yang tadi ia tempati bersama ketiga sahabatnya. Namun, ada perempuan lain yang menduduki tempatnya.

Your Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang