Jèt

4.5K 328 8
                                    

"Aku sangat suka senyummu, apalagi kalau itu karenaku."

Sheilin Ellycia Darrel

- - -

Ada sekitar tujuh miliar lebih penduduk di muka bumi dengan perbandingan 1,01 : 1 antara laki-laki dan perempuan. Jika setengah dari mereka pernah merasakan jatuh cinta, akan ada hampir dua miliar kisah cinta di dunia ini. Sangat banyak bukan?

Ya, memang sangat banyak.

Sheilin percaya, suatu saat nanti ia akan merasakannya lagi dan kisah cintanya pun akan masuk ke dalam salah satu dari dua miliar kisah cinta itu.

Tapi yang menjadi masalah, dengan siapa ia akan menjalin kisah cinta?

Sheilin menghela napas untuk mengenyahkan pikiran-pikiran tadi. Seulas senyum tipis terbit di bibirnya ketika melihat laki-laki pemilik senyum termanis di Angkasa Raya --menurutnya-- sedang berjalan menuju tangga yang terletak satu kelas dari kelasnya.

Laki-laki itu berjalan sangat tenang dengan tatapan yang tetap tajam.

"Shei!" panggilan itu cukup membuat Sheilin terkejut. Cepat-cepat ia kendalikan detak jantungnya yang sempat tidak terkendali. Lalu membalikkan badan ke sumber suara.

"Ada apa?" tanyanya sesantai mungkin. Monica, Hera, dan Vasya yang tadi hanya duduk di dalam kelas, kini sudah ada di hadapannya.

"Kantin, yo?" ajak Vasya.

"Ayo!" jawab Sheilin cepat. Ketiga temannya memicingkan mata, curiga dengan jawaban Sheilin yang terkesan sangat bersemangat dan pasti ada apa-apanya. "Ada yang salah?" tanyanya, merasa terintimidasi.

Monica tersenyum miring. "Gue curiga sama jawaban lo."

"Ih, apa sih? Udah yo, kantin," ajak Sheilin sambil merengkuh bahu Hera yang kebetulan ada di sampingnya dan juga membujuk Monica dan Vasya agar tidak menatapnya dengan mengintimidasi lagi.

Hampir saja Sheilin memekik girang ketika tahu Adyestha hanya berjarak sepuluh anak tangga darinya, jika saja ia tidak ingat sedang bersama ketiga sahabatnya yang sangat kepo.

"Dia keren... sayangnya cuek," gumam Hera sambil menatap lurus ke arah punggung Adyestha.

Sheilin tersenyum tipis.

Adyestha memang keren.

Suara tepukkan dari sebelahnya, mampu menarik kembali pikiran Sheilin, dan juga dua sahabat lainnya.

"Ada hot news!" kata Hera heboh, namun tidak membuat Adyestha menoleh kepadanya. Padahal Sheilin yakin, suara Hera dapat terdengar oleh laki-laki itu.

"Apaan?"

"Kecilin suara lo." Sheilin mengingatkan, matanya melotot tajam ke arah Hera.

Hera menyengir kepadanya, lalu mulai serius kembali. "Calvin jadian sama Kak Nanda," kata Hera dengan suara rendah namun penuh semangat.

"Demi apa?!" pekik Vasya, mengagetkan Sheilin, Hera, Monica --dan mungkin, beberapa orang yang sedang menuruni atau menaiki anak tangga juga-- dengan suara super cempreng, menggunakan kata-kata favorit Hera, 'Demi apa?'

"Lo sudah melakukan pelanggaran Hak Cipta seseorang, ngopy kata-kata tanpa izin!" ujar Hera tak terima.

Vasya mendengus. "Lo tau dari mana kabar itu?" Vasya tidak mengindahkan ucapan Hera tadi. Sheilin sangat yakin, hati Vasya kini sedang meradang, menahan letupan yang sebentar lagi akan meletus.

Your Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang