Part 2

13.2K 1.2K 23
                                    

Aku sudah menatap ke arah Jungkook, memindahkan pandanganku dari bibir ke matanya. Aku langsung melihat bahwa matanya berwarna hitam legam tapi kali ini aku melihat bahwa satu alisnya dinaikkan untuk menekankan pertanyaan yang ditujukannya padaku. Aku tak memiliki petunjuk tentang konteks dari pertanyaan tersebut dan benar-benar membuatku terlihat bodoh dan tidak berguna, tapi tak ada cara lain dan aku membiarkan itu terjadi.

Tanpa ragu kukatakan, "Dengan segala hormat Tuan Jeon, saya menghargai diminta untuk memberikan masukan tapi Tuan Kim adalah ahlinya disini." Kataku dengan senyum menatap sekilas ke arah Kim Namjoon.

Untungnya, Namjoon mengerti isyaratku dan langsung memberikan argumen untuk mendukung klien kami.

Diselamatkan oleh sedikit kecerdasan. Ini jarang terjadi padaku tapi ketika itu terjadi, sepertinya selalu terjadi ketika itu benar-benar penting.

Ini adalah bagian dimana kamu akan berpikir bahwa aku akan dapat mengontrol diri dan memperhatikan apa yang dibicarakan. Tapi seperti yang dikatakan Namjoon, aku menatap Jungkook. Sepertinya semuanya baik-baik saja, dia bisa berpikir aku hanya menonton reaksinya terhadap permainan Namjoon. Tapi itu salah.

Aku sudah tidak perjaka, yah aku sudah pernah berhubungan seks. Aku belum pernah menonton film porno dan yang membuatnya lebih aneh lagi adalah bahwa gambaran itu yang muncul di kepalaku. Mereka seperti sekelumit adegan dalam sebuah film, seperti cahaya yang berkedip dan kau mengingat aksi yang dilakukan dalam film tersebut. Dalam hal ini, aku yang melakukan aksi itu, telungkup dengan Jungkook di belakangku...merobek bajuku di ranjang.

Beberapa kali ia melirik padaku, aku khawatir bahwa dia bisa melihat apa yang aku pikirkan. Aku tahu ini gila.

Ketika rapat usai, Jungkook bangkit dan menghampiri Namjoon, dia menjabat tangan Namjoon.

Jungkook menatapku, "Tuan Park, senang bertemu dengan anda."

"Terima kasih Tuan Jeon."

Aku menerima uluran jabat tangannya, "Panggil aku Jungkook."

Tangannya besar dan kuat dan jabat tangannya hangat. Jika aku ingin sedikit melodramatis, ada aliran listrik kecil yang berlompatan dari tangan kami. Tapi itu tidak terjadi, kehangatan jabat tangannya sudah cukup mendebatkan.

"Baik Jungkook, panggil aku Jimin."

Dia tersenyum, "Jimin" dan kita semua pun berbalik menuju pintu.

Namjoon pergi duluan menuju ke ruang tunggu, dimana dia dengan cepat langsung bercakap-cakap dengan sekretaris Jungkook, "Sepertinya kita hampir setiap hari berbicara di telepon..."

Percakapan mereka meredup ketika aku merasa tangan Jungkook dipunggungku. Dia membungkuk di bahuku, mulutnya dekat ditelingaku. "Cara mengelak yang bagus tadi."

Aku menoleh, "Apa maksudmu?"

"Ketika aku bertanya, apa yang kau pikirkan Jimin, kau menanganinya dengan sangat bagus."

"Aku tidak-" Aku akan mulai berbohong tapi dia langsung menyelaku.

"Tidak apa-apa". Dia tertawa. "Aku sedang menggodamu. Lain waktu kita akan bicara, segera, aku yakin itu."

Aku merasakan aliran darah mengalir deras ke mukaku. Bagus, merona dalam suasana profesional.

Namjoon menemui kami lagi dan sekali lagi berterima kasih kepada Jungkook, aku tidak pernah sesenang itu ketika akhirnya kami dalam perjalanan pulang.

Perjalanan kembali dari studio ke kantor sangat singkat dan ketika menyetir, Namjoon selalu mengatakan bahwa rapat berjalan dengan lancar dan artis kami Min Yoongi, sudah hampir bisa dipastikan akan mendapat peran dan itu adalah hal yang besar bagi agensi kami.

Tbc

Fade Into You (KOOKMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang