Part 9

9.3K 759 13
                                    

Baekhyun memberiku omong kosong tentang seluruh kejadian itu sepanjang sisa akhir pekan. Kami menghabiskan Sabtu dengan berjalan di sekitar Jeju dan makan siang di buffet murah. Memanjakan tapi tidak terlalu sehat dan hanya itu yang aku inginkan setelah mengalami malam yang gila.

Aku tak melihat Jungkook lagi sampai Minggu pagi. Aku dan Baekhyun check out dari hotel, berdiri di meja resepsionis. Karena akhir pekan ini dia yang traktir, ia membayar tagihan dan aku hanya melihat-lihat sekeliling.

Jungkook sedang berdiri di pintu masuk restoran hotel, mengenakan pakaian kasual. Dia memakai kacamata Ray Bans-nya jadi aku tidak bisa melihat matanya. Kurasa dia mungkin sedikit mabuk dan ia melindungi matanya dari cahaya.

Di sampingnya berdiri wanita pirang cantik bertubuh tinggi dengan gaun merah. Dia membelakangiku jadi aku tak bisa melihat wajahnya. Wanita itu berdiri dengan satu kaki disilangkan di atas yang lain, pergelangan kakinya terkunci. Dia mengenakan sepatu tumit lima inci yang memamerkan otot betisnya. Dia tampaknya banyak bicara.

Pada satu titik dia meletakkan tangannya di bahu Jungkook.

Aku benci kenyataan bahwa melihat bahasa tubuhnya yang membuat perutku bergolak. Sepertinya aku tidak punya alasan untuk cemburu. Setelah semua yang terjadi, aku adalah orang yang menolaknya pada malam itu. Tapi aku membenci kenyataan bahwa aku harus mengakhirinya. Aku tahu aku telah melakukan hal yang benar, tapi aku masih benci itu.

Jungkook telah mengatakan kepadaku bahwa dia tidak menyerah, dia bukan tipe pria yang tidak mengejar apa yang ia inginkan. Aku tidak punya alasan untuk berpikir bahwa itu tidak benar, tapi melihat dia dengan perempuan itu seperti sebuah tamparan di wajahku. Tentu saja dia pergi setelah mendapatkan apa yang dia kejar. Tentu saja dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan dia mungkin tidak ingin aku. Itu karena aku bukanlah satu-satunya. Persis seperti yang telah kuramalkan sendiri ketika dia berada di atasku di kamar hotel malam itu.

Aku benar-benar harus membiarkan ini berlalu....

***

Seperti biasa hari minggu adalah hari saling menanyakan kabar dengan orangtuaku, jadi aku menelepon mereka ketika kami kembali ke Seoul.

Mereka menggunakan telepon yang berbeda di rumah dan ketika aku mengatakan kepada mereka apa yang telah kulakukan di akhir pekan kemarin, ada jeda kemudian hening sebelum ibuku berkata, "Yeobo, kau dengar apa katanya?"

"Ya."

"Well, kau tidak akan mengatakan apa-apa?"

"Kupikir kau sudah mengatakannya."

Ini adalah hal biasa untuk orang tuaku. Mereka berdua sangat konservatif dan sangat menuntut kepada Daehyun dan aku, tapi untuk urusan memberi ceramah biasanya tugas itu jatuh pada ibuku.

Ibuku berkata, "Mereka menyebutnya 'Sin City’, apa kau tahu itu, Jimin?"

"Ya, Bu, aku pernah mendengar itu sebelumnya."

Oh, kalau saja dia tahu betapa aku hampir saja berbuat dosa dengan Jungkook.

"Kau tahu itu kan, yeobo?" sepertinya ibuku juga memarahi ayahku.

Aku menyudahi obrolan dengan bertanya tentang topik favorit mereka yaitu, Yongdae, keponakanku. Mereka menceritakan setiap hal kecil yang Yongdae lakukan saat ia hampir merayakan ulang tahunnya yang pertama dan ibuku berkata, "Kau akan melihatnya segera. Thanksgiving, kan?"

Aku mengatakan kepadanya bahwa aku pasti pulang untuk Natal tapi belum yakin saat Thanksgiving. Ini memicu perdebatan sepuluh menit dan pada akhirnya aku sangatlah siap mengakhiri telpon yang melelahkan itu.

Fade Into You (KOOKMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang