Tiga puluh menit kemudian kami berjalan masuk ke sebuah rumah besar. Pohon-pohon palem yang menghiasi halaman dan rumah itu diterangi oleh lampu yang bersinar dari atas tanah.
Jungkook membuka garasi, mematikan mesin mobil dan berkata, "Aku tidak sabar untuk mengajakmu ke rumahku." Dia keluar dan membuka pintu untukku. Ketika aku berdiri, dia membawaku dalam pelukannya dan menciumku dengan ganasnya.
"Aku tak sabar untuk melihat rumahmu. Ini terlihat indah."
"Itu bukan alasanku membawamu ke dalam rumah." Dia mengambil tanganku dan menuntunku ke dalam.
Kami masuk melalui pintu di garasi dan mengarah tepat ke ruang tamu yang luas. Nuansanya gelap mulai dari dinding, lantai dan perabotan, nuansa cokelat dan merah dengan kolam renang kecil yang bercahaya dari lampu di sekitar ruangan. Kantornya cerah dan terlihat modern tapi rumahnya bernuansa hangat sangat maskulin.
Sama seperti dirinya. Dan seperti caranya yang posesif ketika menciumku lagi saat kami baru saja masuk ke dalam rumah.
Jungkook membuka ritsleting celanaku dan menurunkan celanaku serta membuka bajuku. Aku menemukan diriku berdiri hanya menggunakan boxer dan sepatu.
"Kau punya cara untuk membuatku telanjang, Jungkook."
"Aku suka ketika kau terekspos untukku."
Bibirnya menutup bibirku, lidahnya lahap menjelajahi mulutku.
Aku berhasil menarik diri sedikit. "Bolehkah aku melihatmu?"
Dia mengerang dari dalam dadanya. "Aku ingin kau melihatku. Telanjangi aku."
Tangannya jatuh ke sisi tubuhnya dan dia berdiri di depanku, menunggu.
Sialan. Aku akan membuka pakaian Jeon Jungkook dan melihat tubuh indahnya telanjang.
Aku mengangkat kemejanya, tanganku di bawah, merasakan otot-otot di perut dan dadanya. Aku membuka kancing kemejanya dan menjatuhkan pakaiannya bersama dengan pakaianku di lantai.
Tubuhnya seindah seperti yang aku bayangkan. Dadanya yang lebar. Aku meletakkan tanganku membelai dan merasakan betapa keras dadanya.
Ketika aku menatap wajah Jungkook, aku melihat matanya membara dengan intensitas. Aku terus menatap matanya saat aku menurunkan tanganku ke perutnya dan menemukan sabuknya. Mendengar denting logam saat aku melepaskan gesper itu seperti denting peringatan: Kau akan segera menyentuh kejantanannya...
Dan begitulah yang kulakukan. Tanganku menyelinap di bawah pinggang boxernya dan sebelum aku tahu, jariku sudah menyentuh pangkal ereksinya. Aku menggerakkan tanganku untuk membungkusnya dalam genggaman dan merasakan seberapa besar miliknya.
Tangan Jungkook membelai sisi wajahku dan ia menarikku ke mulutnya. Sebuah ciuman panas membakar diikuti tanganku yang mengeeksplorasi panjang ereksinya. Sebuah gelombang kegairahan meledak dalam diriku saat kusadari bahwa aku adalah obyek yang menyebabkan kegairahannya.
"Ya Tuhan, Jimin, sentuhanmu begitu sempurna."
Dia menciumku lagi. Nipleku terasa menegang dan ia memegang masing-masing di tangannya, menggosok nipleku dengan ibu jarinya.
Aku mencium lehernya dan turun dari dada ke perut kemudian berlutut. Aku membuka ritsleting celananya dan menurunkan bersama dengan boxernya. Aku pertama kali melihat kejantanannya. Itu panjang dan besar, mencuat lurus dan berkedut dengan semangat. Sepertinya aku melihat itu selama beberapa menit tapi aku tahu itu hanya beberapa detik. Ketika aku akan memasukkannya ke dalam mulutku ia menyentuh bahuku dan mendesakku untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade Into You (KOOKMIN)
FanfictionPark Jimin meninggalkan kehidupannya di Busan setelah lulus dari perguruan tinggi dan menuju ke Seoul untuk bekerja pada sebuah agen pencari bakat di Seoul. Baginya kehidupan di Seoul adalah gegar budaya tapi tidak sebanding dengan kejutan yang ia d...