Selama perjalanan ke rumahnya, Aku baru ingat untuk memberitahu Baekhyun apa yang terjadi. Jika dia sendirian di apartemen aku harus menceritakan sedetail mungkin. Aku menutup telpon ketika yang menjawab adalah voice mail. Sepuluh menit kemudian ketika kami hampir sampai ke tempat Jungkook, aku meneleponnya lagi dan meninggalkan pesan padanya untuk memastikan dia mendapatkan informasi.
Aku menyebutkan pada Jungkook tentang betapa anehnya gaya hidup Baekhyun, menghilang selama berhari-hari, hampir tidak pernah pulang dan ketika dia pulang dia terlihat berbeda dari biasanya. Jungkook tidak begitu peduli. "Yang penting kau bersamaku."
Aku membungkuk dan menyandarkan kepalaku di bahunya sampai kami tiba ke rumahnya.
Setelah masuk ia berkata, "Aku punya enam kamar tidur."
"Tidak perlu menyombongkan diri."
Dia tertawa. "Aku tidak membual."
"Aku tahu."
Aku menyukai bahasa tubuhnya. Dia memberi tahuku bahwa aku bisa tidur di mana saja yang aku mau. "Kau sangat sopan untuk memberikanku pilihan. Jadi apakah itu berarti aku bisa melakukan apa yang aku inginkan?"
"Tentu saja."
Dalam salah satu pembicaraan kami, ia menyebutkan bahwa ia memiliki sebuah gedung bioskop di rumahnya. Aku tertawa pada saat itu dan dia bilang dia serius, itu memang teater yang tidak terlalu besar tapi bisa memuat dua puluh orang dan di sanalah dia setiap hari untuk menonton film bersama teman-temannya.
"Aku ingin melihat teater mini yang kau ceritakan."
Dia tersenyum, meraih tanganku dan membawaku ke pintu tak jauh dari ruang kerja. Kami berjalan menuruni tangga dan disana ada sebuah teater mini.
"Jangan bilang kau ingin menonton film," katanya.
"Tidak, aku punya sesuatu yang lain dipikiranku."
Kami berdiri di antara layar dan baris pertama kursi. Aku kembali ke layar, Jungkook menatapku dengan kursi- kursi di belakangnya. Aku meletakkan tanganku di dadanya dan mendorongnya. Bagian belakang lututnya menyentuh kursi dan dia duduk.
Mata Jungkook menyipit seperti sedang mencoba untuk mencari tahu apa yang telah merasukiku. Atau dia tahu dan gairahnya pun bangkit dan betapa aku sangat menginginkannya.
Aku berlutut di depannya.
"Jimin..." Suaranya serak.
Aku menggeleng. "Jangan coba-coba untuk menghentikanku."
Aku melepas sabuknya, membuka kancing celana dan membuka ritsletingnya sambil tetap membuat kontak mata dengan Jungkook. Aku suka melihat sensasi di matanya.
Aku menyelipkan tanganku ke dalam boxernya dan merasakan dia semakin keras di bawah sentuhanku. Aku mengelusnya, merasakan kejantanannya semakin panjang dan keras. Keras dan hangat.
"Aku ingin kau, Jimin."
Aku menggeleng. "Uh-uh. Ini adalah balasan untuk sore itu di kantormu, Tuan."
Aku menurunkan celananya dan membebaskan ereksinya. Kejantanannya melompat keluar dan berdiri di depanku, panjang dan keras, pembuluh darah terlihat membanjiri dan itu membuatnya begitu keras.
Tanpa menggunakan tangan, aku menundukkan kepalaku dan mengambil kepala kejantanannya dalam mulutku.
Jungkook mengerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade Into You (KOOKMIN)
Fiksi PenggemarPark Jimin meninggalkan kehidupannya di Busan setelah lulus dari perguruan tinggi dan menuju ke Seoul untuk bekerja pada sebuah agen pencari bakat di Seoul. Baginya kehidupan di Seoul adalah gegar budaya tapi tidak sebanding dengan kejutan yang ia d...