Selama perjalanan ke studio, aku tersadar bahwa mungkin Jungkook memberi peran kepada Yoongi hanya untuk agar aku datang ke kantornya. Apakah itu mungkin?
Tidak, tentu tidak. Paranoid sepertinya telah menguasaiku. Tidak mungkin seorang produser besar Seoul akan menyewa seorang aktor hanya untuk mendapatkan sedikit waktu kebersamaan dengan seorang asisten agen artis. Terlalu banyak resiko dan uang yang dihamburkan. Seluruh reputasinya bisa jatuh hanya karena satu film yang gagal.
Sangat konyol memikirkan bahwa semua ini adalah hanya tipu muslihatnya agar aku datang ke kantornya. Dia memiliki banyak cara untuk melakukan itu. Mungkin tidak secepat ini tapi dia bisa mendapatkan apa saja yang dia mau.
Aku sampai di gerbang penjaga dan diberitahu di mana untuk memarkir. Saat aku berjalan, mataku melihat sekeliling mencari apakah ada artis terkenal. Ya, aku masih cukup baru di Seoul untuk melihat para bintang.
Aku menemukan kantor Jungkook tanpa kesulitan. Ketika berjalan, aku disambut oleh seorang wanita pirang tinggi dan terpana oleh kemungkinan yang sangat nyata bahwa dia adalah wanita yang sama ketika sedang berbicara dengan Jungkook pagi itu saat di Jeju. Aku tidak melihat wajahnya tapi itu masuk akal bahwa asistennya mungkin ada di sana. Mungkin dia bepergian dengannya sepanjang waktu. Mungkin dia ada di sana sendiri dan mereka kebetulan bertemu satu sama lain. Atau mungkin dia sedang tidur dengannya...
Apapun masalahnya, aku belum pernah bertemu denganya ketika pertama kalinya aku berada di sini.
Dia melihatku dan berkata, "Hai, bisa saya bantu?"
"Saya Park Jimin. Untuk bertemu Jungkook... Tuan Jeon."
"Oh, ya, dia sudah menunggu Anda. Ke kanan dan masuk." Dia memberiku senyum ramah.
Area menerima tamu milik Jungkook lebih besar dari seluruh kantor kami dan sepertinya tumitku mengklik ekstra keras saat aku berjalan ke pintu kaca buram yang mengarah ke kantornya. Aku mengambil napas dalam-dalam, memutar pegangan dan melangkah masuk.
***
Jungkook sedang duduk di sofa tepat di bawah poster besar film terakhir yang ia buat. Aku begitu gugup, terakhir kali aku di sini, aku tidak melihat detail kantornya. Ada cermin besar dan meja krom, kursi kulit hitam besar di balik itu dan dua kursi yang lebih kecil di sisi lain. Di dinding ada poster film yang besar, menggunakan bingkai yang mahal dan masing-masing memiliki pencahayaan sendiri.
"Jimin," katanya, berdiri untuk menyambutku.
"Hai, Jungkook."
"Silakan duduk." Dia menunjuk ke sofa.
Aku ingin duduk di salah satu kursi di seberang sofa dengan meja kopi besar yang memisahkan kita. Setiap langkah yang dibuatnya memancarkan kepercayaan diri, kewibawaan, dan seks. Aku tahu aku tidak seharusnya duduk di sampingnya.
Ia mengulurkan tangannya, mengundangku dan aku menyambutnya. Tapi aku duduk beberapa meter darinya.
Jungkook mengangkat lengannya dan dengan dramatis mengendus. "Apakah aku bau?"
"Tidak." Sebenarnya anda harum luar biasa. "Kenapa?"
"Karena kau duduk begitu jauh dariku. Kupikir kau memiliki alasan."
Ya, aku punya alasan. Tapi aku tidak bisa benar-benar mengatakan padanya bahwa aku membutuhkan sedikit ruang diantara kami jadi aku tidak akan terjebak dalam permainannya di kamar hotel dulu.
Aku terus menjaga suara agar tetap terdengar profesional. "Aku ke sini hanya untuk mengambil kontraknya."
Jungkook bangkit dari sofa sampai dia tepat di sebelahku. Aku melihat kembali secara dekat pada matanya yang dalam dan bibirnya yang berbentuk sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade Into You (KOOKMIN)
FanfictionPark Jimin meninggalkan kehidupannya di Busan setelah lulus dari perguruan tinggi dan menuju ke Seoul untuk bekerja pada sebuah agen pencari bakat di Seoul. Baginya kehidupan di Seoul adalah gegar budaya tapi tidak sebanding dengan kejutan yang ia d...