Minggu depannya, aku tidak melihat Jungkook, aku bicara sekali dengannya ketika Namjoon memintaku untuk menghubungkannya dengan Jungkook di telepon.
Yoongi menelepon setiap hari untuk bertanya apakah aku mendengar sesuatu tentang dia yang akan mendapatkan peran di film itu. Namjoon meyakinkannya bahwa menunggu adalah wajar dan hari kamis dia sudah memerintahku untuk memberitahu Yoongi bahwa Namjoon berada di sebuah rapat, yang berarti aku harus mengambil alih tugas menghibur dan meyakinkannya.
Satu malam, sesudah makan dan minum lebih dari segelas anggur, aku bercerita kepada Baekhyun tentang pertemuanku dengan Jungkook.
"Jeon Jungkook?"
"Ya."
"Siapa dia?"
Aku tertawa, "Aku tak tahu siapa dia sebelumnya, sampai aku mencari tahu. Dan ini terjadi setelah aku bertemu dengannya," Aku menceritakan semuanya tentang rapat itu.
"Oh, ya aku tahu filmnya, ya ampun, aku hanya tidak tahu namanya."
Mayoritas kita seperti itu. Menurut Namjoon dan dikonfirmasi oleh pengalamanku sendiri, orang jarang tahu penulis dan produser kecuali untuk beberapa nama besar.
"Dan," aku berkata "bagian terburuknya adalah dia sangat tampan dan seksi."
"Kenapa itu menjadi bagian terburuknya?"
"Karena aku harus bekerja dengannya dan aku tidak bisa fokus ketika dia ada di dekatku atau ketika dia ada di telpon."
Baekhyun meneguk minumnya dan menggelengkan kepalanya. "Kau di Seoul, sayang. Bersiaplah untuk terpesona oleh banyak orang."
***
Baekhyun menelepon ke kantor pada hari jumat sore. "Ayo ke Jeju!"
"Apa? Kapan?"
"Akhir pekan ini."
Aku tidak siap untuk bepergian kemanapun apalagi ke Jeju, "Untuk apa?"
"Untuk apa? Ini Jeju sayang! Kita tidak butuh alasan apapun. Tapi jika kau membutuhkan alasan, ini bagus untuk merayakan sebulan pertamamu bekerja pada the biz (bisnis hiburan)."
Baekhyun adalah satu-satunya orang yang aku kenal yang menyebut dunia hiburan dengan "the Biz" itu membuatku bertanya-tanya apakah dia berusaha terlalu keras. Mungkin itu sebabnya ia tidak bisa mendapatkan representasi.
Aku melihat jam di komputerku - 4.16 - "Kedengarannya bagus, pertama-tama kupikir aku tak punya pakaian khusus ke Jeju dan-"
"Oke, kau mencari-cari alasan untuk tidak pergi tapi kau akan pergi."
"Kata siapa?"
Suaranya menggema, seperti sedang berjalan ke kamar mandi. "Kataku. Ini adalah bagian inisiasi. Ayolah ini hanya dua hari. Percayalah, kau tak akan menyesalinya."
Hening, akhirnya aku memikirkan sesuatu. "Siapa saja yang pergi?"
"Hanya kau dan aku."
Aku senang ketika mendengar Chanyeol tidak ikut. Ada sesuatu pada laki-laki itu yang tidak aku sukai, seperti cara dia menatap Baekhyun, cara dia menatapku, ketika Baekhyun meninggalkan kamar. Dia tak banyak bicara. Tapi dia suka menatap dalam-dalam, itu sangat mengganggu, aku tak tahu apa yang Baekhyun lihat pada diri Chanyeol dan aku tak akan bertanya, itu bukan urusanku.
Dia semakin membujukku. "Aku akan membayar biaya tiket pesawat dan semua hal lainnya, serahkan padaku."
"Hyung tak perlu melakukan itu"
"Aku tahu aku tak perlu tapi aku mau."
"Baiklah," kataku "Kapan hyung ingin pergi?"
"Malam ini"
***
Pada pukul sembilan malam kami melakukan penerbangan sekitar 1,5 jam perjalanan menuju Jeju.
"Bagaimana kabar Daehyun?" Baekhyun bertanya
Ini membuatku sadar, aku sudah tidak berbicara dengannya sekitar seminggu, suatu rekor bagi kami. Aku sangat sibuk dan tidak sempat meneleponnya. Dan tentu saja dia juga tidak meneleponku, jadi aku tidak merasa bersalah. Dua jalan yang berbeda, hanya itu.
"Kukira dia baik-baik saja," Jawabku.
"Kau kira?"
Aku menjelaskan bagaimana aku tidak menelepon Daehyun akhir-akhir ini.
"Kupikir dia akan suka disini" ucap Baekhyun
"Ha, aku meragukan itu."
"Aku tahu, maksudku jika dia diberikan kesempatan, jika dia diberikan sedikit kesempatan."
Yang kami bicarakan adalah hyungku dan nada bicara Baekhyun sedikit negatif sarkastis jadi aku hanya mengangkat bahu dan berkata, "Ya."
Apa yang coba dia katakan adalah kakakku telah mengambil rute yang sama dengan ibuku, menikah muda, mengadopsi dua anak dan menjadi ibu rumah tangga, tak ada ambisi lain di luar hal-hal itu. Jujur aku menghormati itu. Aku hanya berharap Daehyun bisa melihat dunia sebelum dia menetap. Dia hanya dua tahun lebih tua dariku tapi dia bertindak seperti dia berumur tiga puluh tahun. Dia bertindak seperti ibuku. Dan melihat bagaimana aku sudah punya dua orang tua yang ingin membuat setiap keputusan untuk hidupku, hal terakhir yang aku butuhkan adalah orang tua yang ketiga.
Dan sungguh ia seharusnya tahu itu. Tekanan untuk menjadi pasangannya Jung Hoseok adalah seperti sesak napas yang terjadi secara lambat dan konstan. Beberapa kali setelah aku putus dengan dia, ibukku telah mendesakku untuk menumpahkan seluruh kebenaran tentang apa yang telah dilakukan Hoseok. Apa yang menghentikanku dari melakukan hal itu adalah perasaan bahwa itu hanya akan membuat mereka lebih protektif terhadapku. Dan dengan kota yang sekecil itu, ada setiap kesempatan di mana dunia akan mendengar ceritaku dan orang-orang tidak akan percaya padaku. Sebaliknya, mereka akan bersatu di belakang Jung Hoseok. Satu-satunya pilihanku adalah untuk tetap menunduk dan pergi saja.
"Oh, well," Baekhyun berkata. "Dia yang rugi."
"Ya."
Percakapan itu tidak akan semakin jauh bahkan jika aku berusaha menghentikannya, karena tak lama kemudian pesawat landing di bandara Jeju. Aku sangat gembira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade Into You (KOOKMIN)
Hayran KurguPark Jimin meninggalkan kehidupannya di Busan setelah lulus dari perguruan tinggi dan menuju ke Seoul untuk bekerja pada sebuah agen pencari bakat di Seoul. Baginya kehidupan di Seoul adalah gegar budaya tapi tidak sebanding dengan kejutan yang ia d...