Apa yang rasanya berjam-jam sebenarnya terjadi dalam beberapa menit. Ini hanya terjadi beberapa detik saja sampai ia berbicara.
"Dengarkan aku."
Hanya itu katanya. Aku berdiri di sana tertegun, mulutku kering, jantungku masih bergemuruh di dada. Aku tidak mengatakan apa-apa.
"Dengar, Jimin, aku tahu ini mungkin terlihat aneh-"
"Kau benar." Aku mulai menutup pintu tapi ia menahan dengan kakinya. Aku segera meraih rantai pintu dan menguncinya. Itu bukan penghalang yang bagus, tapi itu satu-satunya pilihan yang aku punya saat ini. "Aku akan memanggil polisi jika kau tidak pergi."
Dia tidak bergerak. "Dengarkan aku, oke? Maafkan aku."
"Maaf? Untuk apa? Untuk menguntitku? Untuk membuatku takut? Karena hampir memukulku? Untuk menguntitku sampai jauh-jauh ke sini? Pergi. Selamanya!"
Aku mendorong pintu, mencoba untuk membuat dia menggerakkan kakinya tapi dia tidak bergeming.
"Aku berkendara sejauh ini untuk bicara denganmu. Aku tak akan pergi sampai kau bicara padaku."
"Kau akan pergi," kata suara itu.
Melalui celah intip di pintu, aku melihat Hoseok melihat ke kirinya. "Kau siapa?"
Hoseok tiba-tiba hilang. Dalam sekejap aku melihat tubuh Jungkook mendorongnya keluar. Aku membuka rantai pintu dan menjulurkan kepala keluar. Jungkook dan Hoseok berada di depan apartemenku. Jungkook lebih baik dari Hoseok. Satu pukulan ke wajah dan Hoseok tampak bingung.
Jungkook bangkit dari lantai, menarik bangun Hoseok bersamanya. Jungkook menatapku. "Hoseok, kan?"
Aku mengangguk.
Bagian depan kemeja Hoseok di tarik Jungkook. Jungkook mengguncang dan melemparkannya ke dinding kemudian bergerak berdiri di depannya.
Aku mengintip di sudut sehingga aku bisa melihat mereka lagi.
Hoseok mengatakan, "Kau mematahkan hidungku."
"Kamu beruntung."
"Siapa kau?"
Jungkook mengatakan, "Aku adalah orang yang akan menghancurkan kehidupanmu yang menyedihkan jika kau tidak meninggalkan Jimin sendiri."
Hoseok menutupi wajahnya dengan satu tangan. Darah mengalir di pergelangan tangannya. Sekali lagi, Hoseok mengatakan bahwa Jungkook benar-benar telah mematahkan hidungnya.
"Apakah kau mengerti?"
Hoseok melihat tangannya yang berdarah.
Jungkook mengangkat tinjunya dan menarik kembali di belakang kepala. "Apakah ini tampak akrab?"
Hoseok menatapku. Aku terus melihat kearah Jungkook.
"Apakah kau mengerti?" Ulang Jungkook.
Hoseok bertanya, "Apakah dia pacarmu?"
Aku tidak mengatakan apa-apa.
Jungkook membuat gerakan seperti dia akan melepaskan pukulan tapi tidak dilakukannya.
Hoseok meletakkan tangannya di depan. "Baiklah. Ya tuhan! Aku akan pergi!" Hoseok mulai berjalan pergi, berjalan mundur menuruni apartemenku, seolah-olah takut kalau-kalau Jungkook akan memukulnya dari belakangnya. Dia tak terlihat seperti seorang bully yang menakutkan.
Jungkook mengawasinya kemudian berjalan ke sana dan memastikan bahwa Hoseok masuk ke dalam mobilnya dan pergi.
Ketika Jungkook kembali ke pintu ia berkata, "Aku akan membawamu bersamaku."
Aku melingkarkan lengan di lehernya dan memeluk. "Bagaimana kau tahu dia ada di sini?"
"Aku keluar ke tempat parkir dan melihat seorang pria duduk di mobil melihat ke arah apartemen. Ketika aku melewatinya, aku melihat plat Busan. Mantan pacarmu adalah orang tolol, Jimin."
"Aku bisa tinggal di sini. Kupikir dia tidak akan datang kembali setelah ini semua-"
"Tolong jangan berdebat denganku tentang hal ini. Aku ingin malam ini kau ada disisiku. Kemasi barangmu dan ikut denganku."
Tbc
Part depan udah end :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade Into You (KOOKMIN)
FanfictionPark Jimin meninggalkan kehidupannya di Busan setelah lulus dari perguruan tinggi dan menuju ke Seoul untuk bekerja pada sebuah agen pencari bakat di Seoul. Baginya kehidupan di Seoul adalah gegar budaya tapi tidak sebanding dengan kejutan yang ia d...