Jungkook dan aku akhirnya berada di area bar kecil yang dikelilingi oleh kaca. Ruangan itu penuh dengan musik piano live. Ketenangan ini memberi jeda yang bagus dari pengaruh energi tak henti-henti lantai kasino.
Ini gelas kelima dari anggur yang ku minum. Aku bukan seorang peminum, mungkin harus berhenti di gelas ke empat. Mungkin ketiga. Tapi di sinilah aku, meminum lima gelas anggur dalam hitungan hanya dua jam, sementara Jungkook menikmati White Russian-nya.
Sial, apa yang sebenarnya sudah kulakukan, aku tak tahu. Aku sudah melebihi batasku menghabiskan waktu sendirian dengan seorang pria seperti ini. Kupikir akan ada banyak pembicaraan bisnis, tetapi dalam waktu kurang dari sepuluh menit ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak akan kusangka–sangka.
“Kenapa kau single, Jimin?”
“Mungkin aku tidak single.” Aku memutuskan untuk bersikap main-main daripada mengatakan yang sebenarnya, pacarku satu-satunya berselingkuh tiga kali dan kemudian membuatku ketakutan sampai aku harus pindah ke luar kota, pada dasarnya mengusirku keluar dari kota, dan sejak itu aku belum pernah berkencan dan ngomong-ngomong di setiap tidurku aku bertanya-tanya apakah aku akan pernah benar-benar percaya pada seorang pria lagi karena Hoseok telah menyembunyikan jati dirinya yang gelap dengan begitu baik meskipun kupikir aku mengenal jiwanya. Masih tertarik?
Dia tersenyum tipis. "Kau tidak memakai cincin di jarimu." Dia mengambil tanganku dan ibu jarinya membelai tempat kosong di mana cincin itu akan berada. "Dan kau datang ke sini tidak dengan seorang pacar."
Aku mendongak dan membalas tatapannya. "Ini adalah weekend khusus aku dan Baekhyun. Menjauh dari pacar masing-masing selama beberapa hari."
"Benar." Matanya mengungkapkan rasa gelinya. Dia bisa melihat jauh ke dalam diriku.
"Dan kau ke sini dengan siapa?"
Dia memandang sekeliling bar lalu kembali menatapku. "Kau."
Jungkook menyentuhku dan cara dia berkata, "Kau," sarafku langsung kesemutan. Aku menyilangkan satu kaki ke kaki lainnya dan tekanan di antara kedua kakiku memicu riak kegairahan. Aku belum pernah merasa begitu bergairah hanya karena duduk dengan seorang pria. Dan sekali lagi, aku belum pernah duduk berdekatan dengan pria manapun yang bisa menyaingi daya tarik seksual seorang Jeon Jungkook.
Ini adalah ide yang buruk. Aku perlu untuk mengubah subyek pembicaraan atau keluar dari sana. Terlibat hubungan dengan Jungkook bisa menjadi bisnis yang buruk. Dan bahkan mungkin lebih buruk untuk membiarkan dia terus merayuku dan kemudian menolaknya. Aku tidak hanya harus melindungi diri tapi juga harus melindungi pekerjaanku.
Dengan sopan aku mengucapkan terima kasih untuk segelas anggur dan berdiri.
"Punya kencan panas yang lain?" Tanyanya.
"Bukankah ini kencan yang panas?"
"Bisa saja."
"Senang berjumpa denganmu, Jungkook. Tapi aku benar-benar harus pergi. Aku lelah setelah menempuh perjalanan berjam-jam..." Aku melangkah ke lantai kasino.
"Setidaknya biarkan aku mengantarmu kembali ke kamar."
"Baiklah," kataku.
***
Kami berjalan ke arah lift dan aku tidak bisa berhenti berpikir bahwa ia mungkin mencoba melakukan sesuatu. Untungnya, lift penuh. Sayangnya, kami berdesak-desakan bersama-sama dengan Jungkook ada di belakangku. Aku bisa merasakan kejantanannya keras di atas pantatku. Ketika membuka pintu kamar hotel, aku berkata, "Baekhyun mungkin ada di sini. Jadi, sekali lagi terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade Into You (KOOKMIN)
FanfictionPark Jimin meninggalkan kehidupannya di Busan setelah lulus dari perguruan tinggi dan menuju ke Seoul untuk bekerja pada sebuah agen pencari bakat di Seoul. Baginya kehidupan di Seoul adalah gegar budaya tapi tidak sebanding dengan kejutan yang ia d...