part 23 (bros come first!)

659 28 9
                                    

hai readers,

maaf ya agak lama updatenya,

ini bakal agak banyak dramanya, dan part 23 ini bakal lumayan panjang, hhehee. jangan bosen buat baca karya saya ini yaah,

love,

xx

-------------------------------------------

"i suppose we all have something that we really want but cannot have"

Pagi itu al bangun seperti biasa dan siap-siap untuk ke sekolah, lalu dia turun dari kamarnya dan menuju keruang makan untuk mengisi perutnya yang keroncongan dengan apapun yang di sediakan bi mumin sebagai sarapan, turunnya al dengan langkah grasak-grusuk berdentam yang berisik di pagi hari itu bertepatan dengan selesainya bi mumin menghidangkan sarapan berupa sandwich ayam dan ham, bi mumin yang memang sudah kebiasaan membuat sarapan meskipun si alkash bukan orang yang cinta melihat sunrise apalagi pas musim liburan sekolah pun bingung melihat tuan mudanya sudah rapi degan seragam sekolahnya,

“wih, si bibi emang paling top deh!” kata alkash sambil langsung duduk di kursi meja makan dan mulai mencomot-comot.

“loh, loh! Den alkash mau ke sekolah yo?” Tanya bibi bingung, dijawab dengan anggukan alkash yang tidak bisa berbicara akibat mulutnya yang telah terisi penuh dengan roti isi ala kebarat-baratan yang di buat bi mumin itu.

“walah den, ndak mau istirahat dulu di rumah lebih lama? Den alkash emang sudah fit?” Tanyanya lagi sambil memerhatikan alkash yang sedang lahap.

Alkash mengunyah sebentar agar mulutnya lebih plong dan memudahkannya untuk menjawab pertanyaan si bibi, “udah kok bi, kan alkash kuat bi, siapa dulu dong yang jagain dari kecil?” Tanya alkash menggoda sambil tersenyum dan menggerakkan alisnya naik turun ke arah bibi, membuat wanita yang telah cukup lanjut usia itu tersipu-sipu.

“aih, den alkash bisa saja, yawess tapi kalo nanti di sekolah ndak kuat langsung pulang yo den?” bi mumin mengingatkan dengan penuh perhatian.

“ih, si bibi bicaranya kayak alkash masih anak SD aja bi. Malu ah sama seragam alkash.” Protes al

Si bibi hanya bisa memberikan senyum dikulumnya, baginya sebesar apapun alkash sekarang dia masih sering kali menganggapnya anak kecil, bukan di sengaja hanya saja dari dulu semenjak sang ayah meninggal di usia alkash yang masih sangat muda, alkash berubah, selalu membuat onar, jail, untuk menarik perhatian sang ibu itu berlangsung cukup lama hingga sekarang hal itu semua berubah menjadi kebiasaan, kebiasaan yang dapat membantu mengurangi rasa kosong yang kerap kali alkash rasakan.

hanya itulah yang dulu alkash kecil inginkan, sedikit perhatian dari ibu kandungnya, tapi tidak juga di dapatkannya, jadilah bibi mengambil peran ibunya itu dan memberikan sebanyak-banyaknya perhatian kepada al, tapi tetap apa yang bisa di kata? Walaupun seribu orang memberimu perhatian yang kamu inginkan hanya dari satu orang tertentu, tetap saja rasanya berbeda, hasilnya memang cukup tapi tidak akan pernah memuaskan.

Bibi mengakhiri lamunannya, dan membersihkan piring yang telah kosong di hadapan al, “den alkash mo tambah lagi ndak?”

people called it love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang