Prolog

5.3K 172 2
                                    

Prolog

Keduanya menunduk dalam diam. Keheningan tercipta begitu saja, ketika mereka berdua mendapat tamparan ilusi secara tak nyata. Bukan hal menyenangkan jika mereka membuka suara saat ini. Terlebih ketika melihat tatapan kedua orang tua mereka yang begitu dingin mengintimidasi. Kemudian, beberapa menit setelah kesunyian menyerbak, sang pria yang menjadi pemimpin keluarga inti ini mengangkat suaranya.

"Saya sangat kecewa dengan kalian berdua."

Tidak ada yang bisa mereka lakukan sekarang. Mereka hanya bisa pasrah saat sang Papa menggunakan bahasa formal kepada mereka. Kentara sekali bahwa Papa-nya benar-benar kecewa, terlepas dari nada bicaranya. Mereka telah mengecewakan kedua orang tuanya, begitu dalam.

Mama, wanita yang paling mereka sayangi. Yang selalu melindungi mereka. Yang selalu membela mereka. Yang ada saat mereka membutuhkan bala bantuan. Yang selalu memberi kepercayaan pada mereka. Semuanya kandas hari ini. Tatapan sang Ibu sendu. Sesendu hatinya. Selesu semangatnya. Selayu perasaannya.

Mereka tahu mereka yang salah. Mereka tahu mereka yang membuat semuanya kacau. Mereka tahu mereka yang memulai semua ini. Lantas, bagaimana caranya untuk mendapat kepercayaan kedua orang tuanya kembali?

"Pa, ini salah saya. Tolong, kalau Papa ingin memberi hukuman, untuk saya saja. Jangan Ratu, Pa. Ratu nggak salah." Anak sulung keluarga ini mengangkat suara. Membuat kepala ketiga orang di ruangan tersebut tertoleh padanya. Sang adik yang berada disebelahnya seketika menyenggol lengannya.

"Ini salah aku juga, Kak.." bisiknya pelan. "Pa, Ratu juga salah. Hukum Ratu juga, Pa. Jangan Kak Raja aja." Lanjutnya lagi tertuju pada sang Papa.

Tatapan sang Papa kembali datar, tapi tak membuat kerutan di wajahnya kembali kencang. Lama dia berpikir, sebelum akhirnya kembali membuka suara.

"Saya punya hukuman yang pantas untuk kalian berdua. Saya harap kalian tidak menolak, karena kalau kalian membantah hal ini, saya pastikan kita akan kembali ke California."

Semua kepala mendongak tegak. Menatap pria yang baru saja berbicara dengan berbagai tatapan tak percaya. Baru saja Raja ingin protes, tapi saat melihat tatapan sang Mama, dia langsung mengurungkan niatnya. Berbeda dengan sang adik yang langsung menurut titah Papa-nya.

"Kita siap, Pa. Apapun itu."

TBC

August 7th 2016

Brother & SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang