[3] That Feeling

2.5K 95 11
                                    

[3] That Feeling

Raja memang menghindar. Tapi bukan berarti dia mengangkat panggilan masuk tersebut. Sungguh, otaknya mendadak buntu. Dia tidak punya kekuatan untuk memencet tombol hijau yang tertera pada layar. Lidahnya terasa kaku, tak mampu mengeluarkan kata-kata. Dia tahu kalau Ratu memandangnya dengan tatapan penasaran. Namun bibirnya kelu tak mampu berucap.

Semua itu hanya karena satu hal. Lebih spesifiknya, karena telepon dari seseorang. Nimozza Martaya Dreeling, cewek yang berhasil membuat dunia Raja benar-benar hidup, sekaligus juga berhasil membuat dunia Raja mati dalam gelap.

Mozza, gadis pendiam dan murah senyum yang dulu satu kelas dengan Raja ketika menempati Junior High School di California, United States. Duduk sebangku dengan seorang laki-laki berbadan besar yang selalu memanfaatkan otak Mozza karena gadis itu pintar. Mana bisa gadis mungil seperti Mozza berani melawan seorang laki-laki yang jelas memiliki aura mengintimidasi.

Raja yang mengaguminya dalam diam tidak bisa membiarkan hal tersebut terus terjadi. Dia melaporkan kepada wali kelas kalau Mozza selalu dimanfaatkan oleh Lyle. Raja yang cerdik tentu saja meminta agar Mozza duduk sebangku dengannya. Dia beralasan kalau Mozza akan lebih aman duduk dengan Raja karena tempat duduk mereka berjarak jauh dari Lyle. Gurunya pun dengan mudah menyetujui.

Hari silih berganti, Raja dan Mozza semakin akrab. Keakraban mereka terjalin begitu saja. Mozza menyukai berteman dengan Raja karena cowok itu mengasikan dan banyak bicara. Terlebih cowok itu memiliki kembaran cewek yang bisa menjadi teman Mozza juga. Satu hal lagi, ternyata Mozza juga blasteran Indonesia-Perancis. Kurang membuktikan apalagi kalau ini adalah sebuah kebetulan yang mungkin akan membentuk sebuah jalinan hubungan?

Satu tahun duduk sebangku dan memuja dalam diam, Raja semakin sulit menutupi perasaannya pada Mozza. Hingga ketika hari pembagian rapor kelas pertama, Raja menyatakan perasaan terdalamnya. Mozza yang masih terlalu polos tidak merespon secepat sesuai keinginan Raja. Mozza meminta mereka menjalani apa adanya pertemanan tersebut.

Dan ketika mereka menginjakkan kaki di kelas delapan, Raja kembali menyatakan perasaannya, persis seperti satu tahun yang lalu dengan permintaan yang sama pula. Tapi bukannya kebahagiaan yang Raja dapat hari itu, melainkan dunianya serasa runtuh tanpa kehidupan di dalamnya. Mozza menolaknya dengan alasan kalau dirinya akan pindah ke kota kelahirannya, Perancis. Dia juga mengatakan kalau Mozza tidak ingin menjalani hubungan jarak jauh.

Kemudian, sejak hari itu, Raja tidak pernah mendengar kabar tentang Mozza. Dia menutup diri dari dunia luar, lebih banyak menyendiri di dalam kamar. Ratu, adiknya jelas tahu apa penyebab sang kakak jadi berubah seperti itu. Dan dia berjanji akan merubah Raja seperti dulu. Raja yang ceria, Raja yang periang, Raja yang suka tertawa, Raja yang banyak bicara, dan Raja yang jahil.

Tapi semua tidak semudah janjinya. Lihatlah kini, Raja jadi dingin, cuek, ketus, dan memiliki tatapan mengintimidasi. Meskipun sifat aslinya kadang keluar, tetap saja sifat buruk-buruk yang mendominasi.

Ragu-ragu Raja menatap ponselnya. Untuk apa sekarang Mozza meneleponnya? Dan.. benarkah ini Mozza? Tanpa pikir panjang lagi, Raja segera mengangkatnya.

"Hallo," sapa Raja pelan.

["Hallo. Mm.. can I talk to Raja?"]

Suara ini, suara yang amat sangat Raja rindukan. Empat tahun berlalu tapi Raja masih tidak bisa melupakan suaranya.

"I'm Raja. Who's there?" cowok itu bertanya dengan nada yang dinormalkan.

["Is that you, Raja? Ugh, I'm sorry. Wait—you don't remember me?"]

Raja mengerutkan kening mendengar suara seorang cewek diseberang teleponnya itu. Dia memejamkan mata, menahan berbagai gejolak emosi dalam dirinya.

Brother & SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang