[11] Conversation

957 38 0
                                    

Warning :
Chapter ini pendek dan penuh narasi, serius.

=0=

[11] Conversation

When I feel you in my heart
Then I hear your voice from your eyes
I'll always love you
And I'm waiting for you until the end of time
(You are My Everything - Gummy)
English version

=0=

Ratu bergerak gelisah daritadi. Dia tidak kunjung melakukan check in, dan malah terduduk di lobby hampir satu jam. Ini dia lakukan karena cemas kepada kakaknya. Raja belum juga kembali sejak terakhir kali dia sedang bersama Mozza. Entah laki-laki itu tersesat, berjalan-jalan keliling Milan bersama Mozza, atau masih stay berpelukan di depan restoran seperti yang Ratu saksikan tadi. Atau yang lebih parahnya lagi, mungkin saja mereka berdua tengah diajak syuting drama karena tindakan mereka di tempat umum tersebut sungguh mengharukan para penonton yang melihat adegan tadi.

Mendesah sejenak, Ratu kembali menatap pintu masuk hotel yang sejak tadi selalu menjadi fokus utamanya. Sudah banyak manusia-manusia yang berlalu lalang, namun tak satu pun menampilkan figur seorang Raja. Tangan cewek itu gatal sekali ingin menyentuh ponsel dan menanyakan keberadaan Raja kepada kakaknya itu sendiri. Tapi gengsi mencegahnya. Makanya dia enggan untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu.

Bagaimana kalau saat Ratu menelepon Raja, kakaknya itu sedang menderaikan tawa suka cita bersama Mozza? Atau, bagaimana jika panggilan Ratu ditolak Raja karena kakaknya itu tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk dirinya? Atau yang lebih parahnya lagi, bagaimana seandainya Raja malah marah dan tidak peduli lagi dengan Ratu karena gadis itu terlalu mencampuri urusan hatinya?

Ah, membayangkan berbagai spekulasi yang berkelana di otaknya saja membuat Ratu diterpa kekhawatiran. Dia di negara orang hanya berdua dengan Raja. Jika Raja ternyata lebih memilih Mozza, bagaimana nasib Ratu nantinya ketika pulang ke Indonesia? Maksudnya, dia tidak yakin sendiri dengan keberaniannya itu. Apalagi kemampuan berbahasa asing Ratu masih perlu banyak pendalaman lebih. Dan lagi, apa yang harus Ratu katakan pada orangtuanya jika melihat Ratu hanya seorang diri tanpa Raja? Hal ini jelas membuat Ratu harus mempersiapkan berbagai alasan yang logis.

Tapi, semua ketakutannya itu sirna saat sosok yang ditunggunya hadir di tengah-tengah kerumunan manusia di pintu masuk hotel. Wajah Ratu mengernyit berusaha memahami ekspresi dari Raja. Tidak ada tawa, tidak ada pula aura bahagia. Namun satu hal yang pasti, Raja sedang tidak baik-baik saja.

Dengan gerakan cepatnya, Ratu sudah menarik lengan Raja. Sesaat, cowok itu tersentak kaget dan pada detik selanjutnya dia berusaha menetralkan wajah.

"Kak," Ratu menyapa terlebih dulu. Tidak ada respon dari Raja setelah beberapa detik berlalu.

Ratu menggigit bibir dalamnya pelan, merasa cemas. Namun karena merasa ini adalah interaksi tercanggung mereka, dan Ratu tidak tahan dengan situasi ini, dia akhirnya melepaskan lengan Raja. Mata kakaknya itu mengikuti gerakan tangannya yang tak lagi digenggam Ratu, kemudian dia menolehkan kepala menatap adiknya.

Tiba-tiba saja tangan Raja perlahan terangkat, menuju atas puncak kepala Ratu. Tentu saja ini membuat gadis itu kaget sekaligus takut. Takut kalau Raja-nya kerasukan. Ah, oke, Ratu berlebihan.

Mata mereka sekarang bertatapan. Masih dengan telapak tangan Raja yang terdiam di atas kepalanya, serta wajah Raja yang datar tanpa ekspresi, dan juga degupan jantung Ratu yang sudah berdetak tiga kali lebih cepat.

Brother & SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang