Kaulah linangan kenangan,
perlahan merayap di sungai sepi.
Jam demi jam pun memudar
di hutan matamu yang tak bertepi.Berguguranlah daun-daun puisi
dihembus irama luka yang dingin dan lesi.
Rindu seperti ranting tua yang rapuh dan ringkih,
digerusi samar waktu dan penantian yang letih.Akan kembali ada yang terkulai di tubir mimpi
dengan airmata kata yang menggetarkan bumi.
Akan kembali ada nestapa yang bernyanyi
di antara pepohon renta dan kebisuan abadi.Tj. Priok, 2014
*Puisi ini pernah dimuat di Koran IndoPos edisi Sabtu, 25 Oktober 2014
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit di Ceruk Jendela
Poetry"Di ceruk jendela, kau selalu memilih menjelma langit, yang hanya bisa kusentuh dengan puisi, kupeluk dengan doa." Catatan Penulis: Terima kasih, untuk teman-teman yang sudah bersedia membaca, mengapresiasi, memberi puji, kritik serta saran terhadap...