/9/ Di Hutan Matamu

376 41 6
                                    

Kaulah linangan kenangan,
perlahan merayap di sungai sepi.
Jam demi jam pun memudar
di hutan matamu yang tak bertepi.

Berguguranlah daun-daun puisi
dihembus irama luka yang dingin dan lesi.
Rindu seperti ranting tua yang rapuh dan ringkih,
digerusi samar waktu dan penantian yang letih.

Akan kembali ada yang terkulai di tubir mimpi
dengan airmata kata yang menggetarkan bumi.
Akan kembali ada nestapa yang bernyanyi
di antara pepohon renta dan kebisuan abadi.

Tj. Priok, 2014

*Puisi ini pernah dimuat di Koran IndoPos edisi Sabtu, 25 Oktober 2014

Langit di Ceruk JendelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang