Dingin meresapkan sepi
ke jantung waktu.
Di atas teluk,
dengan lembut jemari musim menaburkan hujan
−bening sebagai doa-doa
yang menetes dari pelupuk mata mama.
Masih jauhkah engkau, tanah impian?
Masih berapa lama lagi
kuharus arungi samudera teka-tekimu?
Laut utara bergemuruh dalam dada.
Akan kembali kuberlayar,
mendaki ombak,
menapaki gelombang demi gelombang.
Di kaki langit,
awan muram memeram segala kegelisahan.
Di rusuk senja,
senyum mama
meneguhkan degup perjalanan.Tj. Priok, 10 April 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit di Ceruk Jendela
شِعر"Di ceruk jendela, kau selalu memilih menjelma langit, yang hanya bisa kusentuh dengan puisi, kupeluk dengan doa." Catatan Penulis: Terima kasih, untuk teman-teman yang sudah bersedia membaca, mengapresiasi, memberi puji, kritik serta saran terhadap...