/14/ Solilokui

292 32 4
                                    

Dingin meresapkan sepi
ke jantung waktu.
Di atas teluk,
dengan lembut jemari musim menaburkan hujan
−bening sebagai doa-doa
yang menetes dari pelupuk mata mama.
Masih jauhkah engkau, tanah impian?
Masih berapa lama lagi
kuharus arungi samudera teka-tekimu?
Laut utara bergemuruh dalam dada.
Akan kembali kuberlayar,
mendaki ombak,
menapaki gelombang demi gelombang.
Di kaki langit,
awan muram memeram segala kegelisahan.
Di rusuk senja,
senyum mama
meneguhkan degup perjalanan.

Tj. Priok, 10 April 2015

Langit di Ceruk JendelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang