/11/ Perihal Minggu Pagi dan Sebuah Puisi

373 44 12
                                    

Minggu pagi di tubir November.
Di luar, musim beranjak basah.
Sekarang pukul 06.23 pagi.
Aku sudah mandi dan menandaskan segelas kopi.
Pagi ini aku ingin menulis saja di balik kamar yang terkunci.
Membiarkan kata-kata berlibur setelah terkurung berhari-hari.
Ada banyak hal yang ingin kutuliskan
dan potongan-potongan kenangan pun jatuh ke kepala,
seperti hujan yang mulai menjatuhkan diri ke beranda, ke jalan,
atau pipi seorang perindu yang tengah mendekap doa.

Perihal impian dan kegagalan,
aku ingin menanggalkannya sejenak.
Pagi ini aku hanya ingin menulis sebuah puisi
sambil menertawakan segala kebodohan dan kesalahanku,
mengenang orang-orang yang pernah kulukai dan melukaiku,
merindukan kembali seseorang
yang sering kutuliskan puisi
meskipun ia tak pernah tahu.
Pagi ini, aku ingin menulis sebuah puisi.
Itu saja.

Tanjung Priok, 29 November 2015

Langit di Ceruk JendelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang